BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam ilmu keperawatan dikenal istilah community health nursing (CHN) atau keperawatan kesehatan masyarakat, dimana ilmu pengetahuan epidemiologi digunakan CHN sebagai alat meneliti dan mengobservasi pada pekerjaan dan sebagai dasar untuk intervensi dan evaluasi literatur riset epidemiologi. Metode epidemiologi sebagai standard kesehatan, disajikan sebagai alat untuk memperkirakan kebutuhan masyarakat, monitoring perubahan status kesehatan masyarakat dan evaluasi pengaruh program pencegahan penyakit, serta peningkatan kesehatan. Riset/studi epidemiologi memunculkan badan pengetahuan (body of knowledge) termasuk riwayat asal penyakit, pola terjadinya penyakit, dan faktor-faktor resiko tinggi terjadinya penyakit, sebagai informasi awal untuk CHN. Pengetahuan ini memberi kerangka acuan untuk perencanaan dan evaluasi program intervensi masyarakat, mendeteksi segera dan pengobatan penyakit, serta meminimalkan kecacatan.
Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada manusia. Adapun masalah kesehatan yang dipandang amat penting ialah yang menyangkut penyakit. Berbagai masalah kesehatan yang bukan penyakit hanya akan mempunyai arti apabila ada hubungannya dengan penyakit, jika tidak demikian maka penanggulangannya tidak terlalu diprioritaskan. Sehingga ilmu epidemiologi perlu dipelajari untuk menggambarkan penyakit secara komprehensif dan dinamis, tidak hanya mencakup wabah tetapi juga antara periode terjadinya wabah secara sporadis dan endemis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Derajat Kesehatan dan Determinannya
- Derajat Kesehatan
Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan, dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi.
- Determinan Derajat Kesehatan
Teori klasik yang dikembangkan oleh Blum (1974) mengatakan bahwa adanya 4 determinan utama yang mempengaruhi derajat kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Empat determinan tersebut secara berturut-turut besarnya pengaruh terhadap kesehatan adalah:
a. Lingkungan
Lingkungan yang mudah diamati adalah lingkungan fisik. Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak sehingga perlu kesadaran semua pihak.
Disamping lingkungan fisik juga terdapat lingkungan sosial yang berperan. Sebagai mahluk sosial kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interaksi individu satu dengan yang lainnya harus terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat menimbulkan masalah kejiwaan.
b. Perilaku
Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang peranan penting untuk mewujudkan Indonesia Sehat. Hal ini dikarenakan budaya hidup bersih dan sehat harus dapat dimunculkan dari dalam diri masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Diperlukan suatu program untuk menggerakan masyarakat menuju satu misi Indonesia Sehat. Sebagai tenaga motorik tersebut adalah orang yang memiliki kompetensi dalam menggerakan masyarakat dan paham akan nilai kesehatan masyarakat. Masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat akan menghasilkan budaya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat.
Pembuatan peraturan tentang berperilaku sehat juga harus dibarengi dengan pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat. Sebab, apabila upaya dengan menjatuhkan sanksi hanya bersifat jangka pendek. Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role model harus diajak turut serta dalam menyukseskan program-program kesehatan.
c. Pelayanan Kesehatan
Kondisi pelayanan kesehatan menunjang derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan juga harus ditingkatkan.
d. Keturunan / Genetik
· Teknologi rekayasa genetika
· Aspek etika dan hukum genetika kesehatan
· Faktor genetika dalam perkembangan penyakit
B. Resiko Kesehatan
Faktor resiko adalah karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita individu yang mana secara statistic berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa induvidu lain pada suatu kelompok masyarakat).
Karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita individu dan ditemukan juga pada individu-individu yang lain, bisa dirubah, ada juga yang tidak dapat bisa dirubah atau tepatnya :
- Faktor resiko yang tidak dapat dirubah misalnya umur dan genetika
- Faktor resiko yang dapat di rubah misalnya kebiasaan merokok atau latihan olah raga.
Ada juga karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita pada induvidu dan ditemukan juga secara tidak stabil pada individu-induvidu yang lain dalam suatu kelompok masyarakat yaitu
- Faktor resiko yang dicurigai yaitu faktor-faktor yang belum mendapatkan dukungan sepenuhnya dari hasil-hasil penelitian sebagai faktor resiko misalnya merokok sebagai penyebab kanker rahim
- Faktor resiko yang telah ditegakkan yaitu faktor resiko yang telah mantap mendapat dukungan ilmiah/penelitian dalam peranannya sebagai faktor yang berperan dalam kejadian sutau penyakit. Misalnya merokok sebagai faktor resiko terjandinya kanker paru
Faktor resiko juga dapat dilihat dari Karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita pada individu dan individu-individu lainnya sebagai faktor resiko dalam keadaan angka frekwensi yang kuat dan lemah. Atau dapat didokumentasikan dengan baik dan didokumentasikan dengan kurang baik.
Kegunaan dari faktor resiko ini, pada dasarnya untuk mengetahui proses terjadinya penyakit dalam hal ini penyakit tidak menular. Misalnya :
- Untuk memprediksi, meramalkan kejadian penyakit, misalnya perokok berat mempunyai kemungkinan 10 kali untuk kanker paru daripada bukan perokok.
- Untuk memperjelas penyebab artinya kejelasan atau beratnya faktor resiko dapat menjadikannya sebagai faktor penyebab, tentunya setelah menghilangkan pengaruh dan faktor pengganggu sehingga faktor resiko itu adalah faktor penyebab.
- Untuk mendiagnosa artinya membantu proses diagnose
Suatu faktor resiko dapat ditegakkan sebagai faktor resiko dengan menggunakan konsep kausalitas. Dalam epidemiologi dapat atau biasa dilakukan dengan memakai konsep kausalitas sebab musebab (hubungan kausa), menurut para ahli kausalitas ada 8 kriteria (Hill 1965) yaitu
- Kekuatan yang dapat dilihat dari adanya resiko relative yang tinggi
- Temporal atau menurut urutan waktu, selalunya sebab-musebab mendahului akibat.
- Respon terhadap dosis paparan yang dapat menyebabkan penyakit
- Reversibilitas dimana paparan yang menurun akan diikuti penurunan kejadian penyakit
- Konsistensi yang diartikan kejadian yang sama akan berulang pada waktu, tempat dan penelitian yang lain
- Biologis atau yang berhubungan dengan fisiologis tubuh
- Spesifitas yang dilihat dari satu penyebab menyebabkan satu akibat
- Analogi yang diartikan adanya kesamaan untuk penyebab dan akibat yang serupa.
Menentukan besar faktor resiko dapat dilakukan dengan menghitung besarnya resiko relative atau odds rasio. Perhitungan ini berdasarkan perbedaan rate antara inciden populasi yang terpapar (Exposure) dengan yang tidak terpapar (Non Exposure) pada kelompok yang sakit (kasus) dan tidak sakit (kontrol). Perhitungan ini dikaitkan dengan jenis-jenis metode penelitian epidemiologi dan bisa juga dengan melihat frekwensi penyakitnya.


Perlu juga diketahui pengertian faktor resiko dan prognosis. Secara umum dapat dikatakan bahwa prognosis menujukkan berapa besar kemungkinan mati akibat dari keadaan sakit. Sedangkan faktor resiko adalah berapa besar kemungkinan sakit dari seorang yang sehat.
C. Natural History of Disease dan Keganasan Penyakit (Severity)
1. Natural History of Disease
The Natural history of disease adalah gambaran Perkembangan secara alamiah suatu penyakit (tanpa intervensi/ campur tangan medis) sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural.
Manfaat dari Natural History of Disease yaitu :
a. Untuk diagnostik, dipakai sebagai penentuan jenis penyakit
b. Untuk pencegahan, dipakai dalam pemutusan rantai penularan
c. Untuk pengobatan, dipakai untuk melakukan terapi pada tahap awal
2. Keganasan Penyakit (Severity)
Riwayat alamiah suatu penyakit dapat digolongkan dalam 5 tahap :
a. Pre pathogenesis
Tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi interaksi ini terjadi di luar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda-tanda penyakit dan daya tahan tubuh penjamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.
b. Tahap inkubasi (sudah masuk patogenesis)
Pada tahap ini bibit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi gejala-gejala penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda. Kolera 1-2 hari, yang bersifat menahun misalnya kanker paru, aids dll.
c. Tahap penyakit dini
Tahap ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini penjamu sudah jatuh sakit tetapi masih ringan dan masih bisa melakukan aktifitas sehari-hari. Bila penyakit segera diobati, mungkin bisa sembuh, tetapi jika tidak, bisa bertambah parah. Hal ini terganting daya tahan tubuh manusia itu sendiri, seperti gizi, istirahat dan perawatan yang baik di rumah (self care).
d. Tahap penyakit lanjut
Bila penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak diobati/tidak tertur/tidak memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan pada penyakit dini, maka penyakit masuk pada tahap lanjut. Penjamu terlihat tak berdaya dan tak sanggup lagi melakukan aktifitas. Tahap ini penjamu memerlukan perawatan dan pengobatan yang intensif.
e. Tahap penyakit akhir
Tahap akhir dibagi menjadi 5 keadaan :
1) Sembuh sempurna (bentuk dan fungsi tubuh penjamu kembali berfungsi seperti keadaan sebelumnya/bebeas dari penyakit)
2) Sembuh tapi cacat ; penyakit penjamu berakhir/bebas dari penyakit, tapi kesembuhannya tak sempurna, karena terjadi cacat (fisik, mental maupun sosial) dan sangat tergantung dari serangan penyakit terhadap organ-organ tubuh penjamu.
3) Karier : pada karier perjalanan penyakit seolah terhenti, karena gejala penyakit tak tampak lagi, tetapi dalam tubuh penjamu masih terdapat bibit penyakit, yang pada suatu saat bila daya tahan tubuh penjamu menurun akan dapat kembuh kembali. Keadaan ini tak hanya membahayakan penjamu sendiri, tapi dapat berbahaya terhadap orang lain/masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan penyakit (human reservoir)
4) Kronis ; pada tahap ini perjalanan penyakit tampak terhenti, tapi gejala-gejala penyakit tidak berubah. Dengan kata lain tidak bertambah berat maupun ringan. Keadaan ini penjamu masih tetap berada dalam keadaan sakit.
5) Meninggal ; apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tak dapat diobati lagi, sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena penjamu meninggal dunia. Keadaan ini bukanlah keadaan yang diinginkan.
D. Descriptive epidemiology (Epidemiologi Deskriptif)
- Pengertian Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi deskriptif adalah ilmu yang menggambarkan penyebaran/distribusi penyakit yang terjadi di masyarakat berdasarkan variabel epidemiologi yang mempengaruhinya.
Epidemiologi deskriptif adalah pemaparan data tentang mortalitas dan morbiditas penyakit dan data kondisi kesehatan lain ( Ryadi Slamet, A.L; Wijayanti, T.2011)
- Tujuan Epidemiologi Deskriptif
Tujuan dari epidemiologi deskriptif adalah sebagai berikut :
a. Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang.
b. Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.
c. Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap masalah kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).
- Variabel Epidemiologi Deskriptif
Konsep yang terpenting dalam studi epidemiologi deskriptif adalah bagaimana menjawab pertanyaan 5W+1H. Hal tersebut mengacu pada variabel-variabel segitiga epidemiologi terdiri dari orang (person), tempat (place) dan waktu (time).
a. Person
Variabel person meliputi: umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, etnik/suku, status perkawinan, besarnya keluarga, dan paritas.
1) Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan menunjukkan adanya hubungan dengan umur.
Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau kematian menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah panjangnya interval didalam pengelompokan cukup untuk tidak menyembunyikan peranan umur pada pola kesakitan atau kematian dan apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan umur pada penelitian orang lain.
Dalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat pedesaan yang kebanyakan masih buta huruf hendaknya memanfaatkan sumber informasi seperti catatan petugas agama, guru, lurah dan sebagainya. Hal ini tentunya tidak menjadi soal yang berat dikala mengumpulkan keterangan umur bagi mereka yang telah bersekolah.
2) Jenis Kelamin
Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria, juga pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut. Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor intinsik. Yang pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin atau perbedaan hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh karena berperannya faktor-faktor lingkungan (lebih banyak pria mengisap rokok, minum minuman keras, candu, bekerja berat, berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan berbahaya, dan seterusnya).
Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi dikalangan wanita, di Amerika Serikat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih bebas untuk mencari perawatan. Di Indonesia keadaan itu belum diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali untuk beberapa penyakit alat kelamin, angka kematian untuk berbagai penyakit lebih tinggi pada kalangan pria
3) Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan angka kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula oleh tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan maka tidaklah mengherankan apabila kita melihat perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan atau kematian antara berbagai kelas sosial. Masalah yang dihadapi dilapangan ialah bagaimana mendapatkan indikator tunggal bagi kelas sosial. Di Inggris, penggolongan kelas sosial ini didasarkan atas dasar jenis pekerjaan seseorang yakni I (profesional), II (menengah), III (tenaga terampil), IV (tenaga setengah terampil) dan V (tidak mempunyai keterampilan). Di Indonesia penggolongan seperti ini sulit, karena jenis pekerjaan tidak memberi jaminan perbedaan dalam penghasilan.
4) Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan yakni
a) Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.
b) Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai faktor yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung).
c) Ada tidaknya “gerak badan” didalam pekerjaan; di Amerika Serikat ditunjukkan bahwa penyakit jantung koroner sering ditemukan di kalangan mereka yang mempunyai pekerjaan dimana kurang adanya “gerak badan”.
d) Karena berkerumun di satu tempat yang relatif sempit maka dapat terjadi proses penularan penyakit antara para pekerja.
e) Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan pekerjaan di tambang.
Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak dikerjakan di Indonesia terutama pola penyakit kronis misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kanker. Jenis pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari hubungannya dengan suatu penyakit dapat pula memperhitungkan pengaruh variabel umur dan jenis kelamin
5) Etnik/suku
Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan, susunan genetika, gaya hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan-perbedaan didalam angka kesakitan atau kematian.
Didalam mempertimbangkan angka kesakitan atau kematian suatu penyakit antar golongan etnik hendaknya diingat kedua golongan itu harus distandarisasi menurut susunan umur dan kelamin ataupun faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhi angka kesakitan dan kematian itu.
Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan keterangan mengenai pengaruh lingkungan terhadap timbulnya suatu penyakit. Contoh yang klasik dalam hal ini ialah penelitian mengenai angka kesakitan kanker lambung. Didalam penelitian mengenai penyakit ini di kalangan penduduk asli di Jepang dan keturunan Jepang di Amerika Serikat, ternyata penyakit ini menjadi kurang prevalen di kalangan turunan Jepang di Amerika Serikat. Ini menunjukkan bahwa peranan lingkungan penting didalam etiologi kanker lambung.
6) Status Perkawinan
Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara angka kesakitan maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda; angka kematian karena penyakit-penyakit tertentu maupun kematian karena semua sebab makin meninggi dalam urutan tertentu.
Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak kawin dibandingkan dengan yang kawin karena ada kecenderungan orang-orang yang tidak kawin kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih sering berhadapan dengan penyakit, atau karena adanya perbedaan-perbedaan dalam gaya hidup yang berhubungan secara kausal dengan penyebab penyakit-penyakit tertentu
7) Besarnya Keluarga dan Struktur Keluarga
Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita karena penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang. Sedangkan struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti penyakit menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal berdesak-desakan didalam rumah yang luasnya terbatas hingga memudahkan penularan penyakit menular di kalangan anggota-anggotanya; karena persediaan harus digunakan untuk anggota keluarga yang besar maka mungkin juga tidak dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia dan sebagainya.
8) Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan si ibu maupun anak. Dikatakan bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-penyakit tertentu seperti asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik stenosis dan seterusnya. Tapi kesemuanya masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
b. Place
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit.
Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara :
1) Batas daerah-daerah pemerintahan
2) Kota dan pedesaan
3) Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam (pegunungan, sungai, laut atau padang pasir)
4) Negara-negara
5) Regional
Hal-hal yang memberikan kekhususan pola penyakit di suatu daerah dengan batas-batas alam ialah : keadaan lingkungan yang khusus seperti temperatur, kelembaban, turun hujan, ketinggian diatas permukaan laut, keadaan tanah, sumber air, derajat isolasi terhadap pengaruh luar yang tergambar dalam tingkat kemajuan ekonomi, pendidikan, industri, pelayanan kesehatan, bertahannya tradisi-tradisi yang merupakan hambatan-hambatan pembangunan, faktor-faktor sosial budaya yang tidak menguntungkan kesehatan atau pengembangan kesehatan, sifat-sifat lingkungan biologis (ada tidaknya vektor penyakit menular tertentu, reservoir penyakit menular tertentu, dan susunan genetika), dan sebagainya.
Migrasi antar desa tentunya dapat pula membawa akibat terhadap pola dan penyebaran penyakit menular di desa-desa yang bersangkutan maupun desa-desa di sekitarnya. Peranan migrasi atau mobilitas geografis didalam mengubah pola penyakit di berbagai daerah menjadi lebih penting dengan makin lancarnya perhubungan darat, udara dan laut.
Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain mungkin berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut :
1) Lingkungan fisis, chemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda dari suatu tempat ke tempat lainnya.
2) Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi seperti
karakteristik demografi.
karakteristik demografi.
3) Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktek higiene perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat.
4) Variasi administrasi termasuk faktor-faktor seperti tersedianya dan efisiensi
pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.
pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.
Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu. Misalnya penyakit demam kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya disebabkan oleh adanya “reservoir” infeksi (manusia atau kera), vektor (yaitu Aedes aegypty), penduduk yang rentan dan keadaan iklim yang memungkinkan suburnya agen penyebab penyakit. Daerah dimana vektor dan persyaratan iklim ditemukan tetapi tidak ada sumber infeksi disebut “receptive area” untuk demam kuning. Contoh-contoh penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau yang frekuensinya tinggi pada daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di daerah dimana terdapat vektor snail atau keong (Lembah Nil, Jepang), gondok endemi (endemic goiter) di daerah yang kekurangan yodium.
Penyebaran masalah kesehatan menurut tempat terjadinya masalah kesehatan tersebut amat penting, karena dari keterangan yang diperoleh akan dapat diketahui :
1) Jumlah dan Jenis Masalah Kesehatan yang Ditemukan Suatu Daerah.
Dengan diketahuinya penyebaran penyakit disuatu daerah, maka dapat diketahui dengan tepat masalah – masalah kesehatan yang ada di daerah tersebut. Dengan demikian dapat diidentifkasikan kebutuhan kesehatan masyarakat setempat.
2) Hal – Hal Yang Perlu Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah Kesehatan Di Suatu Daerah.
Apabila telah diketahui Jumlah dan Jenis masalah kesehatan, dapat disusun program kesehatan yang tepat untuk daerah tersebut. Hasil akhir yang diharapkan adalah masalah kesehatan dapat diatasi dengan lebih Efektif dan pemakaian sumber daya yang ada tidak akan sia–sia sehingga lebih Efisien.
3) Keterangan Tentang Faktor Penyebab Timbulnya Masalah Kesehatan Di Suatu Daerah.
Keterangan tentang penyebab masalah kesehatan ini dapat diperoleh dengan membandingkan hal – hal khusus yang ada dan yang tidak ada pada suatu daerah. Perbedan tentang hal – hal khusus tersebut, mungkin merupakan penyebab timbulnya masalah kesehatan yang dimaksud. Keadaan – keadaan khusus yang merupakan karakteristik Tempat yang berhubungan dengan masalah kesehatan, antara lain dapat berupa :
a) Keadaan Geografis
Berupa : letak wilayah, struktur tanah, curah hujan, sinar matahari, angin, kelembaban udara, suhu udara, daerah pegunungan, pantai, daratan. (Lingkungan Fisis, Chemis dan Biologis )
b) Keadaan Demografis
Perbedaan keadaan penduduk (Demografi) sangat menentukan perbedaan penyebab penyakit menurut tempat. Keadan Demografis yang dimaksud dapat berupa : Jumlah dan Kepadatan Penduduk, Konstitusi genetis dan etnis, variasi kultural, dsb.
c) Keadaan Pelayanan Kesehatan
Dalam hal ini, menyangkut jumlah dan cakupan pelayanan kesehatan, mutu layanan kesehatan yang diselenggarakan serta program higiene dan sanitasi.
Berdasarkan luasnya daerah yang terserang suatu masalah kesehatan, penyebaran menurut karakteristik Tempat ini secara umum dapat dibedaan menjadi 5 macam, yaitu :
1) Penyebaran pada Satu Wilayah (Setempat / Lokal )
Disini masalah kesehatan hanya ditemukan pada satu wilayah saja. Batasan wilayah yang dimaksudkan tergantung dari sistem pemerintahan yang dianut, misalnya pada satu kelurahan saja, satu kecamatan saja dsb. Pembagian menurut wilayah yang sering digunakan adalah Desa dan Kota, karena masing–masing mempunyai ciri tersendiri yang khas sehingga mempunyai gambaran penyakit yang berbeda–beda.
2) Penyebaran Beberapa Wilayah
Pengertian penyebaran beberapa wilayah juga tergantung dari sistem pemerintahan yang dianut, misalnya beberapa kelurahan, beberapa kecamatan dsb.
3) Penyebaran Satu Negara (Nasional)
Pada penyebaran Satu Negara, masalah kesehatan tersebut ditemukan di semua wilayah yang ada dalam negara tersebut. Tergantung dari keadaan geografis dan luasnya suatu negara, masalah yang ditimbulkannya akan berbeda pula.
4) Penyebaran Beberapa Negara (Regional)
Masalah kesehatan juga dapat menyebar ke beberapa negara. Masuk tidaknya suatu penyakit ke suatu negara, dipengaruhi oleh faktor–faktor :
a) Kedaaan geografis suatu Negara
Dalam arti apakah ditemukan keadaan – keadaan geografis tertentu yang menyebabkan suatu penyakit dapat terjangkit atau tidak di negara tersebut.
b) Hubungan komunikasi yang dimiliki
Dalam arti, apakah letak negara tersebut berdekatan dengan negara yang terjangkit penyakit, bagaiman sistem transportasi antar negara, bagaimana hubungan antar penduduk, apakah negara tersebut terbuka untuk penduduk yang berkunjung dan menetap, dsb.
c) Peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Hal ini berkaitan dengan peraturan yang berkaitan dengan bidang kesehatan.
5) Penyebaran Banyak Negara (Internasional).
Di sini masalah kesehatan telah ditemukan di banyak negara, yang pada era sekarang ini dengan kemajuan sistem komunikasi dan transportasi sangat mungkin terjadi.
c. Time
Variabel time meliputi Jam, hari, bulan, tahun, tanggal, Musim penghujan, kemarau, Terus menerus, berkala, insidentil, Musim buah, perayaan, dan upacara.
Manfaat mempelajari penyebaran masalah kesehatan menurut Waktu adalah untuk mengetahui :
1) Kecepatan Perjalanan Penyakit
Apabila suatu penyakit dalam waktu yang singkat menyebar dengan pesat, hal ini berarti perjalanan penyakit tersebut berlangsung dengan cepat.
2) Lama Terjangkitnya Suatu Penyakit.
Lama terjangkitnya suatu penyakit dapat diketahui dari penyebaran penyakit menurut waktu, yaitu dengan memanfaatkan keterangan tentang waktu terjangkitnya penyakit dan keterangan tentang hilangnya penyakit tersebut.
Faktor – faktor yang mempengaruhi penyebaran masalah kesehatan menurut waktu antara lain :
1) Sifat Penyakit Yang Ditemukan
Hal yang berperan di sini adalah sifat bibit penyakit yang ditemukan, yang dibedakan atas:
a) Potogenesiti / Patogenitas
Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada penjamu sehingga timbul penyakit (Disease Stimulus)
b) Virulensi
Ukuran keganasan penyakit atau derjat kerusakan yang ditimbulkan oleh bibit penyakit.
c) Antigenesiti / Antigenitas
Kemampuan bibit penyakit untuk merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh (pembentukan Antigen) pada diri penjamu.
d) Infektiviti / Infektifitas
Kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi dan menyesuaikan diri, bertempat tinggal dan berkembang biak dalam diri penjamu.
2) Keadaan Tempat Terjangkitnya Penyakit
Untuk penyakit infeksi, keadaan yang paling penting adalah menyangkut ada tidaknya reservoir bibit penyakit 􀃆 Environmental Reservoir.
3) Keadaan Penduduk
Sama halnya dengan penyebaran menurut tempat, maka penyebaran masalah kesehatan menurut waktu ini juga dipengaruhi oleh keadaan penduduk, baik yang menyangkut ciri – ciri manusianya ataupun yang menyangkut jumlah dan penyebaran penduduk.
4) Keadaan Pelayanan Kesehatan yang Tersedia
Jika keadaan pelayanan kesehatan baik, maka penyebaran suatu masalah kesehatan dapat dicegah, sehingga waktu terjangkitnya penyakit dapat diperpendek.
Penyebaran masalah kesehatan menurut Waktu, dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :
1) Penyebaran Satu Saat
Beberapa keadaan khusus yang ditemukan pada penyebaran penyakit pada Satu Saat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) Point – Source Epidemic
Disebut juga Common Source Epidemic yaitu : Suatu keadaan wabah yang ditandai oleh : Timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang cepat, masa inkubasi yang pendek, episode penyakit merupakan peristiwa tunggal dan hilangnya penyakit dalam waktu yang cepat Contoh : Peristiwa keracunan makanan muncul hanya pada waktu tertentu saja
b) Contagious Diseases Epidemic
Disebut juga Propagated Epidemic, adalah : Suatu keadaan wabah yg ditandai oleh : Timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang pelan, masa inkubasi yang panjang, episode penyakit merupakan peristiwa majemuk, waktu munculnya penyakit tidak jelas, hilangnya penyakit dalam waktu yang lama. Contoh : Wabah penyakit menular.
2) Penyebaran Satu Kurun Waktu
Yaitu Perhitungan penyebaran masalah kesehatan yg dilakukan pd satu kurun waktu tertentu atau disebut Clustering Menurut Waktu. Digunakan untuk mencari penyebab penyakit.
3) Penyebaran Siklis
Disebut penyebaran secara siklis bila Frekuensi suatu masalah kesehatan naik atau turun menurut suatu siklus tertentu, misalnya menurut kalender tertentu (minggu, bulan, tahun); menurut keadaan cuaca tertentu (musim hujan, musim panas); menurut peristiwa tertentu (musim panen, paceklik).
4) Penyebaran Sekular
Disebut penyebaran secara sekular apabila perubahan yang terjadi berlangsung dalam waktu yang cukup lama, Misalnya lebih dari 10 tahun.
- Macam-macam Disain Studi Epidemiologi Deskriptif
a. Studi Korelasi
Studi korelasi merupakan desain studi epidemiologi yang menggunakan data dari seluruh populasi untuk membandingkan frekuensi penyakit pada kelompok-kelompok yang berbeda dari suatu populasi pada suatu periode yang sama dan membandingkan frekuensi dari kelompok-kelompok yang sama pada periode yang berbeda.
Kelebihan studi korelasi :
1) Dapat dilakukan cepat dan tidak mahal karena data yang diperlukan biasanya telah tersedia.
2) Desain studi yang paling sering digunakan sebagai langkah awal untuk meneliti kemungkinan adanya hubungan antara faktor resiko dan kejadian penyakit.
Kelemahan dari studi korelasi adalah karena studi ini berdasarkan populasi maka tidak dapat dipakai untuk melihat hubungan antara faktor resiko penyakit dengan individu anggota populasi tersebut, tidak dapat mengontrol faktor confounding, dan data korelasi hanya mempresentasikan tingkat rata-rata keterpaparan daripada nilai yang sebenarnya yang dialami oleh individu-individu.
b. Case report dan case series
Berbeda dengan studi korelasi, penelitian ini menggambarkan pengalaman dari pasien-pasien atau group dari populasi dengan diagnosa yang sama. Kegunaan case report and case series adalah menandai adanya penyakit baru dan memformulasikan hipotesa yang berkaitan dengan kemungkinan antara faktor-faktor resiko dan timbulnya penyakit. Sedangkan keterbatasan dari case report and case series adalah tidak bisa untuk membuktikan adanya hubungan yang valid secara statistik antara faktor resiko dengan timbulnya kejadian, case report hanya merupakan pengalaman perorang dan adanya faktor resiko yang dicurigai merupakan faktor kebetulan saja, case series merupakan kumpulan dari case report dan kadang-kadang cukup besar datanya untuk dilakukan pengukuran terhadap keterpaparan dengan faktor resiko tetapi tidak ada kelompok pembanding.
c. Studi cross sectional
Studi ini sering disebut studi survei prevalens. Pada studi ini status keterpaparan dengan faktor resiko dan status penyakit diukur secara simultan pada individu-individu dari populasi yang telah ditentukan. Pada studi cross sectional dapat diperoleh informasi tentang frekuensi penyakit, karakteristik penyakit, dan frekuensi penyakit serta karakteristik penyakit yang dipotret dalam waktu bersamaan. Data dari studi ini sangat bermanfaat khususnya dibidang kesehatan masyarakat dalam mengukur status kesehatan dan kebutuhan atas pelayanan kesehatan. Data dari studi ini kebanyakan merupakan kasus-kasus prevalens daripada kasus insidens.
- Cara Penyajian Data Epidemiologi Deskriptif
a. Narasi
b. Tabel distribusi
c. Tabulasi silang
d. Diagram/grafik/gambar
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara keseluruhan fungsi pokok epidemiologi adalah untuk memastikan bahwa di dalam suatu pupulasi terdapat kelompok yang memiliki angka penyakit, ketidakmampuan, cedera, atau bahkan angka kematian. Epidemiologi memiliki peran yang pasti dalam kegiatan pengendalian dan pencegahan bukan saja penyakit menular tetapi juga penyakit kronis sekaligus penyakit dan kondisi yang berkaitan dengan gaya hidup dan peruilaku.
Secara keseluruhan fungsi pokok epidemiologi adalah untuk memastikan bahwa di dalam suatu pupulasi terdapat kelompok yang memiliki angka penyakit, ketidakmampuan, cedera, atau bahkan angka kematian. Epidemiologi memiliki peran yang pasti dalam kegiatan pengendalian dan pencegahan bukan saja penyakit menular tetapi juga penyakit kronis sekaligus penyakit dan kondisi yang berkaitan dengan gaya hidup dan peruilaku.
B. Saran
Diharapkan kepada pembaca terutama mahasisiwi keperawatan untuk mengerti dan memahami tentang epidemiologi sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada proses penyebaran penyakit.
Diharapkan kepada pembaca terutama mahasisiwi keperawatan untuk mengerti dan memahami tentang epidemiologi sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada proses penyebaran penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Aswar, Azrul. Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Binarupa Akasara. 1999
Bonita, Beaglehole. Dasar – dasar Epidemiologi, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press. 1997.
Bustan MN. Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta. 2002.
Chandra, Budiman. Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta ; EGC, 1996.
Effendy, Nasrul. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat, edisi 2. Jakarta : EGC, 1998.
Eko Budiarto. Pengantar Epidemiologi, Jakarta, EGC. 2003.
Leavel, H.R and Clark, E.G. Preventive Medicine for the Doctor in His Community, 3th Edition, Mc Graw-Hill Inc, New York, 1965.
Murti, Bhisma. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press. 2003.
Noor Nasri. Dasar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta. 2000
Stanhope and Lancaster. Community Health Nursing ; Process and practise for Promoting Health, Mosby Company St. Louis, USA, 1989.
Sutrisna, Bambang. Pengantar Metoda Epidemiologi, Jakarta, Dian Rakyat. 1994
Thomas C. Timmreck, PhD , Epidemiologi Suatu Pengantar, Jakarta, EGC. 2005

