BEBERAPA BATASAN
• Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia atau philosophos. Philos atau philein berarti teman atau cinta, dan sophia atau shopos berarti kebijaksanaan, pengetahuan dan hikmah.
• Filsafat berarti juga mater scientiarum yang artinya induk dari segala pengetahuan.
• Kata filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata falsafah (Arab), philosophie (Perancis, Belanda, dan Jerman), serta philosophy (Inggris).
• Jadi filsafat berarti mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana, teman kebijaksanaan atau induk dari segala ilmu pengetahuan.
• Phytagoras (572 – 497 SM) dikenal sebagai orang pertama yang memakai kata philosopia yang berarti pencinta kebijaksanaan (lover of wisdom).
• Plato (427 – 347 SM) mengartikannya sebagai ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang hakiki lewat dialektika
• Aristoteles (382 – 322 SM) mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang kebenaran.
• Al-Farabi (870 – 950 M) mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan hakekat alam yang sebenarnya.
• Descartes (1590 – 1650 M) mendefinisikan filsafat sebagai kumpulan ilmu pengetahuan tentang tuhan, alam, dan manusia.
• Immanuel Kant (1742 – 1804) mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan.
APA YANG DIKAJI FILSAFAT ?
• Menurut Kant ada empat hal yang dikaji dalam filsafat, yaitu :
(1) apa yang dapat manusia ketahui ? (metafisika);
(2) apa yang seharusnya diketahui manusia ? (etika);
(3) sampai dimana harapan manusia ? (agama);
(4) dan apakah manusia itu ? (antropologi)
ARTI FILSAFAT
• Dengan demikian filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakekat kebenaran segala sesuatu. Dengan bantuan filsafat, manusia berusaha menangkap makna, hakekat, hikmah dari setiap pemikiran, realitas dan kejadian.
• Filsafat menghantarkan manusia untuk lebih jernih, mendasar dan bijaksana dalam berfikir, bersikap, berkata, berbuat dan mengambil kesimpulan.
• (Dr. Slamet Ibrahim, DEA, Farmasi-ITB)
KELOMPOK FILSAFAT
1. Filsafat Tentang Pengetahuan, yang terdiri dari epistemologi, logika, dan kritik ilmu-ilmu.
2. Filsafat Tentang Seluruh Kenyataan, yang terdiri dari metafisika umum (ontologi) dan metafisika khusus (teologi metafisik, antropologi dan kosmologi).
3. Filsafat Tentang Tindakan (etika dan estetika)
4. SejarahFilsafat
· Epistemologi merupakan “pengetahuan tentang pengetahuan”. Logika menyelidiki aturan-aturan yang harus diperhatikan supaya cara berpikir sehat. Kritik ilmu-ilmu menyelidiki titik pangkal, metode dan objek dari ilmu-ilmu. Ontologi merupakan pengetahuan tentang “semua pengada sejauh mereka ada”. Teologi metafisik (teodise atau filsafat ketuhanan) berbicara tentang apakah Tuhan ada dan tentang nama-nama Illahi.
· Antropologi berbicara tentang manusia. Kosmologi atau filsafat alam berbicara tentang alam, kosmos. Etika (filsafat moral) berbicara tentang tindakan manusia. Estetika (filsafat seni) mencoba untuk menyelidiki mengapa sesuatu dialami sebagai indah. Sejarah Filsafat mengajarkan apa jawaban pemikir-pemikir sepanjang zaman atas pertanyaan-pertanyaan manusia.
KARAKTERISTIK BERPIKIR FILSAFAT
1. Menyeluruh/komprehensif, mencakup seluruh aspek
2. Sistematik, berpikir yang logis, sesuai aturan, langkah demi langkah, berurutan, penuh kesadaran, dan penuh tanggung jawab.
3. Spekulatif, berpikir spekulatif terhadap kebenaran yang perlu pengujian untuk memberikan bukti kebenaran yang dipikirkannya
4. Radikal : berpikir sampai ke akar permasalahannya
BIDANG TELAAH FILSAFAT
• Tahap awal : Siapakah manusia itu ?
• Tahap Kedua : tentang hidup dan eksistensi manusia
• Tahap ketiga : masalah ilmiah/prosedur ilmiah
• Cabang Filsafat
Filsafat mengkaji lima cabang utama :
1. Logika (hal yang benar dan salah)
2. Etika (hal yang baik dan buruk)
3. Estetika (hal yang indah dan jelek)
4. Metafisika (hakekat keberadaan zat, pikiran dan kaitannya)
5. Politik (organisasi pemerintahan yang ideal)
Kelima cabang ini berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang lebih spesifik.
• Cabang-cabang Filsafat Lainnya
1. Epistemologi (Filsafat Pengetahuan)
2. Etika (Filsafat Moral)
3. Estetika (Filsafat Seni)
4. Metafisika
5. Politik (Filsafat Pemerintahan)
6. Filsafat Agama
7. Filsafat Ilmu
8. Filsafat Pendidikan
9. Filsafat Hukum
10. Filsafat Sejarah
11. Filsafat Matematika
Pokok-pokok Permasalahan Kajian Filsafat :
1. Benar vs Salah : logika (Ilmu)
2. Baik vs Buruk : etika (Moral)
3. Indah vs Jelek : estetika (Seni)
Penalaran : merupakan suatu proses berpikir secara logis dan analitis dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan
• Logis ? Benar ? Sahih ? Tugas filsafat !
Pengertian
• (Ilmu) Filsafat
• Filsafat Ilmu
• Sains
• Ilmu
• Ilmu Pengetahuan
(Ilmu) Filsafat
• Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan (realitas). Filsafat merupakan refleksi rasional (pikir) atas keseluruhan realitas untuk mencapai hakikat (= kebenaran) dan memperoleh hikmat (= kebijaksanaan).
• Sains adalah pengetahuan yang sis tematis yang berasal dari observasi, kajian dan percobaan-percobaan yang dilakukan untuk menentukan sifat dasar atau prinsip apa yang dikaji.
• Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang (1) disusun metodis, sistematis dan koheren (“bertalian”) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan (realitas), dan yang (2) dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) tersebut.
Filsafat Ilmu & Ilmu
• Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara substansial maupun historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.
• Filsafat ilmu : merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah) seperti pertanyaan-pertanyaan yang berlandaskan aspek ontologis, epistemologis dan aksiologis.
• Ilmu : merupakan pengetahuan yang mendasarkan kepada analisis dalam menarik kesimpulan menurut suatu pola berpikir tertentu. (atau cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu)
Peran Filsafat Ilmu
• Oleh karena itu, filsafat ilmu mencoba mengembalikan roh dan nilai luhur dari ilmu, agar ilmu tidak menjadi bumerang bagi kehidupan manusia. Filsafat ilmu akan mempertegas bahwa ilmu dan teknologi adalah instrumen dalam mencapai kesejahteraan bukan tujuan.
• Filsafat ilmu diberikan sebagai pengetahuan bagi orang yang ingin mendalami hakikat ilmu dan kaitannya dengan pengetahuan lainnya. Bahan yang diberikan tidak ditujukan untuk menjadi ahli filsafat.
• Dalam masyarakat religius, ilmu dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan, karena sumber ilmu yang hakiki adalah Tuhan. Manusia diberi daya pikir oleh Tuhan, dan dengan daya pikir inilah manusia menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi.
• Pengaruh agama yang kaku dan dogmatis kadangkala menghambat perkembangan ilmu. Oleh karenanya diperlukan kecerdasan dan kejelian dalam memahami kebenaran ilmiah dengan sistem nilai dalam agama, agar keduanya tidak saling bertentangan.
• Dalam filsafat ilmu, ilmu akan dijelaskan secara filosofis dan akademis sehingga ilmu dan teknologi tidak tercerabut dari nilai agama, kemanusiaan dan lingkungan. Dengan demikian filsafat ilmu akan memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap ilmu.
Manfaat Filsafat Ilmu
(Jujun S. Suriasumantri, 1987) :
1. Seseorang akan mengenal bidang keilmuan dengan berbagai aspeknya.
2. Mempercepat berkembangnya paradigma keilmuan dalam kehidupan kita
3. Mengenal alur-alur berpikir dalam kegiatan keilmuan
4. Meningkatkan kemampuan mendiagnosis persoalan dan mencari alternatif pemecahannya
PERTANYAAN FILSAFAT ILMU
1. ONTOLOGI
2. EPISTEMOLOGI
3. AKSIOLOGI
Pertanyaan Ontologis
• Obyek apa yang ditelaah ilmu?
• Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tsb?
• Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan ?
Pertanyaan Epistemologi
• Bagaimana proses yang memungkinkan di timbanya pengetahuan yang berupa ilmu ? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri ? Apakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
Pertanyaan Aksiologis
• Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional?
Pertanyaan Untuk Membedakan Jenis-jenis Pengetahuan
• Aspek Ontologi : Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu ?
• Aspek epistemologi : Bagaimana caranya mendapat pengetahuan itu ?
• Aspek aksiologi : Untuk apa pengetahuan itu dipergunakan ?
• Hasilnya : pengenalan ciri2 dan reposisi Ilmu, Seni, Agama
Sumber Pengetahuan yang Benar
Empat Cara mendapatkan pengetahuan :
1. Rasionalisme (rasio/penalaran rasional/abstrak)
2. Empirisme (pengalaman kongkret)
3. Intuisi
4. Wahyu
Rasionalisme
• Mendasarkan diri pada rasio
• Menggunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannnya
• Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari ide yang jelas dan dapat diterima (paham idealisme)
• Ide bersifat apriori dan prapengalaman yang didapatkan manusia lewat penalaran rasional
• Kelemahan : - evaluasi kebenaran premis-premis yang dipakainya dalam penalaran deduktif (?); pemikirannya bersifat solipsistik (hanya benar dlm kerangka pemikiran tertentu yang berada dalam benak orang yg berfikir tsb.), dan subyektif)
Empirisme
• Pengetahuan didapat lewat pengalaman yang kongkret
• Gejala-gejala alamiah adalah kongkret yang bisa ditangkap oleh pancaindera manusia. Gejala tsb memiliki karakteristik tertentu, misal memiliki pola yang teratur, adanya kesamaan, dan pengulangan.
• Menggunakan metode induktif maka dapat dibuat generalisasi atau pengetahuan yang bersifat umum.
• Kelemahan :
• - Pengetahuan yang dikumpulkan cenderung mrp kumpulan fakta-fakta;
- Definisi pengalaman masih belum jelas, pancaindera memiliki kelemahan
Intuisi
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu, bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis dalam analisis selanjutnya. Kegiatan intuitif dan analitik bisa bekerja saling membantu dalam menemukan kebenaran.
Wahyu
• Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan Tuhan kepada manusia lewat nabi-nabi yang diutusnya sepanjang zaman.
• Agama merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah yang bersifat transedental seperti latar belakang penciptan manusia dan hari akhirat.
• Agama dimulai dengan rasa percaya, dan lewat pengkajian selanjutnya kepercayaan tsb bisa meningkat atau menurun. Ilmu dimulai dengan rasa tidak percaya, dan setelah melalui proses pengkajian ilmiah, kita bisa diyakinkan atau tetap pada pendirian semula.
Ukuran Kebenaran
• Berpikir merupakan suatu aktifitas manusia untuk menemukan kebenaran.
• Apa yang disebut benar oleh seseorang belum tentu benar bagi orang lain.
• Oleh karena itu diperlukan suatu ukuran atau kriteria kebenaran.
• Ada tiga jenis kebenaran yaitu : kebenaran epistemologi (berkaitan dengan pengetahuan), kebenaran ontologis (berkaitan dengan sesuatu yang ada atau diadakan), dan kebenaran semantis (berkaitan dengan bahasa dan tutur kata)
TEORI KEBENARAN
• Ada 4 teori kebenaran yaitu : Teori Korespondensi, Teori Koherensi, Teori Pragmatisme, dan Teori Kebenaran Illahiah atau agama.
• Ketiga teori pertama mempunyai perbedaan paradigma. Teori koherensi mendasarkan diri pada kebenaran rasio, teori korespondensi pada kebenaran faktual, dan teori fragmatisme fungsional pada fungsi dan kegunaan kebenaran itu sendiri.
• Tetapi ketiganya memiliki persamaan. Yaitu pertama, seluruh teori melibatkan logika, baik logika formal maupun material (deduktif dan induktif), kedua melibatkan bahasa untuk menguji kebenaran itu, dan ketiga menggunakan pengalaman untuk mengetahui kebenaranitu.
1.Teori Korespondensi
• Teori korespondensi (Correspondence Theory of Truth) menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu keadaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan/pendapat dengan objek yang dituju/dimaksud oleh pernyataan/pendapat tersebut.
• Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaras dengan realitas, yang serasi dengan situasi aktual.
• Dengan demikian ada lima unsur yang perlu yaitu pernyataan(statement), persesuaian (agreement), situasi (situation), kenyataan (realitas) dan putusan (judgement). Kebenaran adalah fidelity to objective reality. Atau dengan bahasa latinnya: edaequatio intelectuset rei (kesesesuaian pikiran dengan kenyataan)
• Teori ini dianut oleh aliran realis. Pelopornya Plato, Aristoteles dan Moore. Dikembangkan lebih lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas di abad skolastik, serta oleh Bertrand Russel pada abad Modern.
• Cara berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespondensi ini.
2. Teori Koherensi
• Teori koherensi (The Coherence Theory of Truth) menganggap suatu pernyataan benar bila di dalamnya tidak ada pertentangan, bersifat koheren dan konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar.
• Dengan demikian suatu pernyataan dianggap benar, jika pernyataan itu dilaksanakan atas pertimbangan yang konsisten dan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya.
• Rumusan kebenaran adalah, truth is a systematic coherence, dan truth is consistency.
• JikaA = B dan B = C, maka A = C.
• Logika matematik yang deduktif memakai teori kebenaran koherensi ini. Logika ini menjelaskan bahwa kesimpulan akan benar, jika premis-premis yang digunakan juga benar. Teori ini digunakan oleh aliran metafisikus-rasionalis dan idealis.
• Teori ini sudah ada sejak pra Socrates, kemudian dikembangkan oleh Benedictus Spinoza dan George Hegel.
• Suatu teori dianggap benar apabila telah dibuktikan (justifikasi) benar dan tahan uji (testable). Kalau teori ini bertentangan dengan data terbaru yang benar atau dengan teori lama yang benar, maka teori itu akan gugur atau batal dengan sendirinya
3. Teori Pragmatisme
• Teori pragmatisme (the pragmatic theory of truth) menganggap suatu pernyataan,teori atau dalil itu memiliki kebenaran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia.
• Kaum pragmatis menggunakan kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability), dan akibat yang memuaskan (satisfactory consequence). Oleh karena itu tidak ada kebenaran yang mutlak/tetap, kebenarannya tergantung pada kerja, manfaat dan akibatnya
• Akibat/hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis adalah:
1. Sesuai dengan keinginan dan tujuan
2. Sesuai dan teruji dengan suatu eksperimen
3. Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada).
• Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari para filsup Amerika. Tokohnya adalah Charles S. Pierce (1839 –1914) dan diikuti oleh William James dan John Dewey ( 1859 –1952 ).
Agama Sebagai Teori Kebenaran
• Ketiga teori kebenaran sebelumnya menggunakan akal, budi, fakta, realitas dan kegunaan sebagai landasannya. Dalam teori kebenaran agama digunakan wahyu yang bersumber dari Tuhan
• Sebagai makluk pencari kebenaran, manusia dapat mencari dan menemukan kebenaran melalui agama
• Dengan demikian, suatu dianggap benar bila sesuai dan koheren dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak
• Agama dengan kitab suci dan haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran
Pendekatan Filsafat dalam Memperoleh Ilmu
• Pada zaman Plato sampai pada masa Al-Kindi, batasan antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh dikatakan tidak ada. Seorang filosof (ahli filsafat) pasti menguasai semua ilmu pengetahuan.
• Perkembangan daya berfikir manusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat praktis dikalahkan oleh perkembangan ilmu yang didukung oleh teknologi.
• Wilayah kajian filsafat menjadi lebih sempit dibandingkan dengan wilayah kajian ilmu. Sehingga ada anggapan filsafat tidak dibutuhkan lagi. Filsafat kurang membumi sedangkan ilmu lebih bermanfaat dan lebih praktis.
• Padahal filsafat menghendaki pengetahuan yang komprehensif yang luas, umum, dan universal dan hal ini tidak dapat diperoleh dalam ilmu.Sehingga filsafat dapat ditempatkan pada posisi dimana pemikiran manusia tidak mungkin dapat dijangkau oleh ilmu.
• Ilmu bersifat pasteriori (kesimpulan ditarik setelah melakukan pengujian secara berulang), sedangkan filsafat bersifat priori (kesimpulan ditarik tanpa pengujian tetapi pemikiran dan perenungan).
• Keduanya sama-sama menggunakan aktivitas berpikir, walaupun cara berpikirnya berbeda. Keduanya juga sama-sama mencari kebenaran. Kebenaran filsafat tidak dapat dibuktikan oleh filsafat sendiri tetapi hanya dapat dibuktikan oleh teori keilmuan melalui observasi atau pun eksperimen untuk mendapatkan justifikasi.
• Filsafat dapat merangsang lahirnya keinginan dari temuan filosofis melalui berbagai observasi dan eksperimen yang melahirkan ilmu-ilmu.
• Hasil kerja filosofis dapat menjadi pembuka bagi lahirnya suatu ilmu, oleh karena itu filsafat disebut juga sebagai induk ilmu (mother of science).
• Untuk kepentingan perkembangan ilmu, lahir disiplin filsafat yang mengkaji ilmu pengetahuan yang dikenal sebagai filsafat ilmu pengetahuan.
•
PENGETAHUAN DAN KEBENARAN
• Dalam Encyclopedia of Philosophy, pengetahuan didefinisikan sebagai kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).
• Menurut Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan mengetahui. Mengetahui itu hasil kenal, sadar, insaf, mengerti, benar dan pandai.
• Pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar maka bukan pengetahuan tetapi kekeliruan atau kontradiksi.
• Pengetahuan merupakan hasil suatu proses atau pengalaman yang sadar.
PENGETAHUAN
• Pengetahuan (knowledge) merupakan terminologi generik yang mencakup seluruh hal yang diketahui manusia. Dengan demikian pengetahuan adalah kemampuan manusia seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pengamatan, dan intuisi yang mampu menangkap alam dan kehidupannya serta mengabstraksikannya untuk mencapai suatu tujuan.
Tujuan manusia mempunyai pengetahuan adalah:
1. Memenuhi kebutuhan untuk kelangsungan hidup
2. Mengembangkan arti kehidupan
3. Mempertahankan kehidupan dan kemanusiaan itu sendiri.
4. Mencapai tujuan hidup.
Binatang pun mempunyai pengetahuan, tetapi hanya sekedar atau terbatas untuk melangsungkan hidup (tujuan survival).
JENIS PENGETAHUAN
• Pengetahuan biasa (common sense) yang digunakan terutama untuk kehidupan sehari-hari, tanpa mengetahui seluk beluk yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.
• Pengetahuan ilmiah atau Ilmu, adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara khusus, bukan hanya untuk digunakan saja tetapi ingin mengetahui lebih dalam dan luas untuk mengetahui kebenarannya, tetapi masih berkisar pada pengalaman.
• Pengetahuan filsafat, adalah pengetahuan yang tidak mengenal batas, sehingga yang dicari adalah sebab-sebab yang paling dalam dan hakiki sampai diluar dan diatas pengalaman biasa.
• Pengetahuan agama, suatu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para Nabi dan Rosul-Nya. Pengetahuan ini bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama
GEJALA MENGETAHUI
• Pada suatu saat, manusia ingin mengetahui sesuatu tentang dirinya, dunia sekitarnya, orang lain, yang baik dan yang buruk, yang indah dan jelek, dan macam-macam lagi.
• Jika ingin mengetahui sesuatu, tentu ada suatu dorongan dari dalam diri manusiayang mengajukan pertanyaan yang perlu jawaban yang memuaskan keingintahuannya. Dorongan itu disebut rasa ingin mengetahui.
• Sesuatu yang diketahui manusia disebut pengetahuan. Pengetahuan yang memuaskan manusia adalah pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang tidak benar adalah kekeliruan. Keliru sering kali lebih jelek dari pada tidak tahu. Pengetahuan yang keliru dijadikan tindakan/perbuatan akan menghasilkan kekeliruan, kesalahan dan malapetaka.
• Sasaran atau objek yang ingin diketahui adalah sesuatu yang ada, yang mungkin ada, yang pernah ada dan sesuatu yang mengadakan. Dengan demikian manusia dirangsang keingintahuannya oleh alam sekitarnya melalui indranya dan pengalamannya.
• Hasil gejala mengetahui adalah manusia mengetahui secara sadar bahwa dia telah mengetahui
KELOMPOK MANUSIA
• Manusia tahu, bahwa ia tahu
• Manusia tahu, bahwa ia tidak tahu
• Manusia tidak tahu, bahwa ia tahu
• Manusia tidak tahu, bahwa ia tidak tahu.
• Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh manusia itu sebenarnya baru ada, kalau manusia itu sudah mengambil kesimpulan dari berbagai pengalamannya bahwa objek yang ingin diketahuinya itu sudah benar-benar diketahui.
PENGETAHUAN ILMIAH
• Pengetahuan Ilmiah atau Ilmu (Science) pada dasarnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan sehari-hari yang dilanjutkan dengan suatu pemikiran cermat dan seksama dengan menggunakan berbagai metode.
• Ilmu merupakan suatu metode berpikir secara objektif yang bertujuan untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap gejala dan fakta melalui observasi, eksperimen dan klasifikasi.
• Ilmu harus bersifat objektif, karena dimulai dari fakta, menyampingkan sifat kedirian, mengutamakan pemikiran logik dan netral.
BERBAGAI PENGERTIAN ILMU
(Dr. Slamet Ibrahim, ITB)
• Dalam Encyclopedia Americana, ilmu adalah pengetahuan yang bersifat positif dan sistematis.
• Paul Freedman dalam The Principles of Scientific Research mendefinisikan ilmu sebagai: bentuk aktifitas manusia yang dengan melakukannya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan senantiasa lebih lengkap dan cermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan kemudian hari, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya dan mengubah lingkungannya serta mengubah sifat-sifatnya sendiri.
• S. Hornby mengartikan ilmu sebagai susunan atau kumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian dan percobaan dari fakta-fakta.
• Poincare, menyebutkan bahwa ilmu berisi kaidah-kaidah dalam arti definisi yang tersembunyi.
KELOMPOK ILMU
• 1. Ilmu-ilmu formal : matematika, logika
• 2. Ilmu-ilmu empiris formal : misal ilmu alam, ilmu hayat.
• 3. Ilmu-ilmu hermeneutik, misalnya sejarah, ekonomi
Hakekat Pengetahuan
Ada dua teori yang digunakan untuk mengetahui hakekat Pengetahuan:
1. Realisme, teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan adalah gambaran yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata.
2. Idealisme, teori ini menerangkan bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental/psikologis yang bersifat subjektif.
Pengetahuan merupakan gambaran subjektif tentang sesuatu yang ada dalam alam menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengalami dan mengetahuinya. Premis pokok adalah jiwa yang mempunyai kedudukan utama dalam alam semesta.
Sebenarnya realisme dan idealisme mempunyai kelemahan-kelemahan tertentu.
KAPAN FILSAFAT MULAI ?
• Karl Jaspers (Filsuf Jerman) : Gandar sejarah dunia tampaknya berporos pada abad kelima sebelum masehi. Di tengah proses spiritual antara 800 dan 200 SM, yang menyaksikan Confusius dan Lao-Tse di Cina, Upanishad dan Buddha di India, Zarathustra di Persia, Para Nabi perjanjian lama di Palestina serta Homerus, Para Filsuf dan para pengisah tragedi di Yunani.
Dimana Filsafat mulai ?
• Filsafat mulai di YUNANI. Mengapa Yunani ? Sejak abad ke-6 SM negara-kota di tanah Yunani menjadi pusat perdagangan, membangun struktur demokrasi. Semangat berpetualang dan berperang di laut, senang merantau, seni drama, bahasa dan lukisan berkembang, geometri mesir dan pengetahuan penanggalan Asia Minor juga berkembang.
Pendekatan mempelajari filsafat :
· Pendekatan Sejarah
· Pendekatan Tematik (Ontologi, Epistemologi, Aksiologi)
Pendekatan sejarah :
- Ilmu filsafat difahami melalui sejarah perkembangan pemikiran filsafat
- Filsafat barat bermula di Yunani. Bangsa Yunani mulai mempergunakan akal – mitos – mulai abad VI SM.
- Pemikiran Yunani = embrio filsafat barat – berkembang jadi titik tolak pemikiran barat abad pertengahan, modern dan berikutnya.
• Tradisi Besar Sejarah Fislafat
1. Filsafat India
2. Filsafat Cina
3. Filsafat Barat
Antara ketiga tradisi ini ada banyak paralel, terutama antara filsafat India dan filsafat Barat. Suatu hal yang menonjol ialah bahwa baik di India dan Cina maupun dalam dunia Barat, hidup intelektual menjadi dewasa (dengan melepaskan diri dari corak berpikir mistik) dalam periode antara 800 dan 200 SM.
• Dalam periode tsb hidup Konfusius dan Lao Tse di Cina, Gautama Buddha dan penyusun-penyusun Upanisad di India, Parmenides, Herakleitos, Sokrates, Plato, Aristoteles di Yunani atau koloni-koloni Yunani, Zoroaster di Persia, nabi-nabi besar di Israel.
• Filsafat Cina dan Filsafat India merupakan dua tradisi dari ribuan tahun yang terikat pada keadaan geografis, politis, dn kultural dari Cina dan subkontinen India.
• Tradisi filsafat Barat, dibandingkan tradisi filsafat India dan Cina, sesuatu yang tidak begitu jelas, karena telah dimulai di Asia Kecil dan memuat pemikir-pemikir dan aliran-aliran dari Eropa, Asia, Afrika dan Amerika. Termasuk filsafat Barat adalah filsafat Yunani, filsafat Hellenistis, filsafat Kristiani, filsafat Islam, filsafat zaman renaisans, zaman modern, dan masa kini.
Pentingnya Sejarah Filsafat
• Dalam sejarah filsafat kita bertemu dengan hasil penyelidikan semua cabang filsafat. Sejarah filsafat mengajarkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh pemikir-pemikir besar; tema-tema yang dianggap paling penting dalam periode-periode tertentu, dan aliran-aliran besar yang menguasai pemikiran dalam suatu zaman atau di suatu bagian dunia tertentu.
• Cara berpikir tentang manusia, tentang asal dan tujuan, tentang hidup dan kematian, tentang kebebasan dan cinta, tentang yang baik dan yang jahat, tentang materi dan jiwa, alam dan sejarah. Tetapi ada banyak pertanyaan dan jawaban yang selalu kembali di segala zaman dan di semua sudut dunia. Oleh karena itu, sejarah filsafat sesuatu yang sangat penting. Dalam sejarah filsafat seakan-akan dilakukan dialog antara orang dari semua zaman dan kebudayaan tentang pertanyaan-pertanyaan yang paling penting.
• Sejarah filsafat dunia merupakan suatu sumber pengetahuan, pengalaman, hikmat dan iman yang luar biasa. Sejarah filsafat merupakan suatu cermin bagi manusia. Pertanyaan-pertanyaan dan ide-ide manusia sekarang ditemukan kembali di sini dalam suatu perpektif yang sangat luas, yang mengatasi batas-batas agama, batas-batas bahasa, abatas-batas zaman dan kebudayaan (Harry Hamersma, 2008).
Sejarah Filsafat
Pemikiran Dunia Barat :
• Filsafat = sumber pengetahuan
• Agama = pedoman hidup
Hubungan filsafat dan agama : mengalami pasang surut. Pada abad pertengahan barat didominasi dogmatisme gereja (agama), sedangkan pada abad modern peran agama diganti oleh ilmu-ilmu positif, sehingga pemikiran barat kekeringan spiritualisme. Kemudian pada periode berikutnya barat mulai melirik lagi agama agar kehidupan bermakna.
Lima tahap perkembangan Sejarah Filsafat :
1. Filsafat Yunani Kuno
2. Filsafat Yunani
3. Filsafat Abad Pertengahan
4. Filsafat Modern
5. Filsafat Posmodern
• Ad. 1. Filsafat Yunani Klasik
• Bangsa Yunani merupakan bangsa yang pertama kali mempergunakan akal untuk berpikir
• Kebiasaan merantau, menyebabkan tradisi berpikir bebas menyebar
• Menurut Barthelemy : Kebebasan berpikir bangsa Yunani karena sebelumnya tidak pernah ada agama berdasarkan pada kitab suci (beda dengan Mesir, Persia, India)
• Menurut Livingstone : Kebebasan berpikir bangsa Yunani karena adanya kebebasan bangsa Yunani dari agama dan politik secara bersamaan.
• Pada jaman Yunani Kuno/klasik : filsafat umum yang dominan, namun agama juga masih berperan.
• Misal : filsuf yang pemikirannya belum murni rasional, adalah :Thales (640 – 545 SM) ; Phytagoras (572 – 500 SM)
• Pertanyaan : tentang alam semesta (kekaguman), tentang hakikat kehidupan (Thales : dari AIR).
• Ad. 2. Filsafat Yunani
• Plato, Aristoteles (bapak logika)
• Pertanyaan : outside and inside : apa hakikat manusia, darimana manusia berasal ?
• Plato : Hakikat manusia itu terdiri dari tubuh dan jiwa : Jiwa > tubuh
• Tubuh adalah penjara jiwa
• Jiwa akan bebas jika lepas dari tubuhnya.
• Aristoteles : Hakikat manusia tidak terpisah antara tubuh dan jiwa; tubuh = jiwa (secara struktur)
• Manusia terdiri dari forma dan materi
• Ad. 3. Filsafat Abad Pertengahan
• Agama sebagai kekuatan baru,
• Filsuf berasal dari rohaniwan
• Wahyu punya otoritas dalam menentukan kebenaran
• Agama dominan, peran akal (filsafat) mengecil
• The Scholastics : kumpulan tokoh-tokoh gereja sebagai pendidik, pembenaran yang diterima dari gereja secara rasional.
• Contoh Filosof skolastik adalah Augustinus (354 – 430 M) : di balik keteraturan dan ketertiban alam semesta ini ada yang mengendalikan, yaitu TUHAN. Kebenaran mutlak ada pada agama (creatio ex nihilo), segala sesuatu diciptakan Allah dari yang tidak ada. Hidup yang baik adalah bertapa dan cinta kepada Tuhan.
• Ciri khas : iman > pengertian (kontra filsafat rasional)
• Santo Anselmus (1033 – 1109 M) : Credo ut intelligam (saya percaya agar saya paham)
• Tokoh abad pertengahan : Thomas Aquinas, Santo Anselemus, Augustinus
•
Ad. 4. Filsafat Modern
• Era pembebasan terhadap jaman skolastik (gereja)
• Renaissance (XV – XVI M), kembali ke jaman Yunani Klasik
• Ingin lepas dari dogma-dogma lari ke filsafat Yunani-Romawi
• Paham kemanusiaan, baik individual maupun sosial
• Francis Bacon (1561 – 1626 M)
• Rene Descartes (1596 – 1650): Bapak filsafat modern, pelopor aliran rasionalisme, ingin melepaskan diri dari gereja : Cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada)
• Thomas Hobbes (1588 – 1679 M) : empirisme.
• John Locke (1632 – 1704 M) : empirisme
• Aufklarung = Enlightenment = masa pencerahan di abad XVIII M : kekuatan akal dan kebebasan berpikir.
• Voltaire (1694 – 1778 M) : The age of reason (jaman penalaran)
• Ad. Filsafat Posmodern
• Mengagungkan nilai-nilai relativitas dan mini narasi
• Mendobrak sifat-sifat filsafat modern yang mengagungkan keuniversalitasan, kebenaran tunggal dan kebebasnilaian
• Cenderung lebih beragam dalam pemikiran
• Aliran Pragmatisme (Awal abad XX di Inggris dan Amerika)
• Kepercayaaan adalah aturan untuk bertindak : William James (1842 – 1910 M) dan C.S. Pierce (1839 – 1914 M)
• John Dewey (1859 – 1952) : berpijak pada pengalaman
• Aliran Fenomenologi berkembang di Jerman : Edmund Husserl (1859 – 1938), teori tentang fenomena; yang tampak dan menampakan diri dipelajari.
• Aliran Eksistensialisme : Soren Kieregaard (1813-1855M) & Jean Paul Sartre (1905 – 1980 M) : atheistik, Tuhan tidak ada, manusia bukan ciptaan Tuhan.
• Immanuel Kant (1724 – 1804 M) : mengembangkan epistemologi, aliran filsafat Kritisisme
Cara Pandang Filsafat terhadap Teori Pengetahuan :
• Empirisme, pengalaman, induksi
• Rasionalisme, dasar berpikir logis, akal, deduksi
• Kritisisme (gabungan no. 1 dan 2).
• Francis Bacon = empirisme= pengamatan2 partikular menjadi kesimpulan umum (induksi)
• Empirisme : - David Hume (1711-1776M), John Locke (1632-1704), George Barkeley (1685-1753)
Para Rasionalis
Pada jaman Yunani Kuno :
• Phytagoras (540 SM)
• Plato (427 – 347 SM)
Pada Jaman keemasan kebudayaan Islam :
• Al-Kindi (806 – 873 M)
• Descartes (1596 – 1650 M)
• Immanuel Kant (1724 – 1804 M)
• Aliran filsafat yang mengembangkan pengetahuan dengan bersumber pada nalar yang dikendalikan oleh akal dikenal dengan mazhab rasionalisme
• Semua penalaran para rasionalis didasarkan pada pendekatan deduktif.
Premis (alasan)
• Deduksi adalah suatu pembuktian yang menggunakan logika
• Kesimpulan tentang suatu hal diperoleh dengan menurunkannya dari pernyataan-pernyataan lain yang disebut premis (alasan) yang mendasari argumen (bahan perbedaan pendapat).
• Argumen yang dipakai disusun sedemikian rupa sehingga kalau premisnya salah maka kesimpulan akan salah dan sebaliknya
Silogisme Deduktif
• Premis Major : “Semua yang berkaki dua adalah hewan”
• Premis Minor : “Manusia berkaki dua”
• Kesimpulan : “Manusia itu hewan”
• P. Major : “ Semua makhluk ciptaan Tuhan”
• P. Minor :”Manusia adalah makhluk”
• Kesimpulan : “Manusia itu ciptaan Tuhan”
Empirisme aliran pengalaman
• Asal kata Yunani : en = di dalam; peira = suatu percobaan; suatu cara menemukan pengetahuan yang benar berdasarkan pengamatan atau percobaan); pengalaman
• Contoh : Demokritus (460 – 370 SM), teori atom
• Di abad pertengahan : Roger Bacon, Peter Aureoli, William
• Kesimpulan diperoleh melalui pendekatan induktif (induksi); terjadi generalisasi (perumuman)
• Ada keberanian menghadapi risiko membuat kesalahan (peristiwa meledaknya pesawat antariksa Challenger)
Penalaran Induktif empiris
• “Semua kerbau yang saya amati berwarna kelabu dan bulai”
• Kesimpulan : “semua kerbau di dunia berwarna kelabu atau bulai”
• Di Tanah Toraja : ada kerbau warna belang
TOHOH EMPIRISME
Ahli filsafat Islam empirisme :
- Ibn Sina (980 – 1037 M)
- Ibn Bajjah (1095 – 1137 M)
- Ibn Tufail (1110 – 1185 M)
- Ibn Khaldun (1332 – 1410 M)
Jaman Peradaban Eropa Modern :
- Francis Bacon (1561 – 1626); John Locke (1632 – 1704 M); David Hume (1711 – 1776)
• Thales
• Pencetus filsafat barat
• Orang pertama yang disebut “bijaksana”
• Politikus, ahli geometri dan pemikir praktis
• Senang pengetahuan mengenai dunia dan bintang
• Tahun 585 SM meramal gerhana matahari secara tepat
• Pertanyaan : Mungkin, pada awalnya semuanya terbuat dari air (tentang kesatuan benda-benda)
• Anaximander
• Hidup sekitar 546 SM
• Bumi secara lepas bergantung di ruangan
• Semua makhluk hidup muncul dari air
• Manusia berkembang dari ikan
• Beranggapan bahwa dulunya ada satu substansi tunggal pertama dan hukum alam yang berlaku di dunia
• Membuat peta dunia pertama untuk para pedagang-penjelajah dari Melitus
• Pythagoras
• Perpaduan antara ilmuwan dan mistikus
• Orang sistematik pertama dalam penalaran deduktif dalai Pythagoras)
• Segala sesuatu terdiri dari “bilangan-bilangan (filsuf yang tersihir oleh keindahan dan kepastian matematik)
• Struktur dasar kenyataan adalah “ritme”
• Dodecahedron dengan cara tertentu memuat seluruh struktur alam semesta
• HERACLITUS
• Hidup sekitar 500 SM
• Segala sesuatu “mengalir”
• Segala sesuatu berasal dari API
• DEMOCRITUS
420 SM
• Teori mengenai partikel-partikel pejal sangat kecil (sebagai partikel dasar), yang jumlahnya tak terhitung, yang tidak dapat dipotong, disebut ATOM (kemajuan pesat dari teori ini pada 1800 M oleh Dalton)
• Apel dapat dipotong karena ada ruang-ruang kosong di antara atom-atom
• SOCRATES
470 – 399 SM
• Menaruh perhatian yang besar terhadap moralitas (etika), upaya menemukan yang adil, benar dan baik
• Filsafat adalah bukan profesi, tapi suatu cara hidup
• Yang membuat orang berdosa adalah kurangnya pengetahuan
• Pengetahuan adalah keutamaan
• Kejahatan adalah ketidaktahuan
• Metoda yang digunakan untuk menyelidiki adalah metode tanya-jawab (Dialektik)
• PLATO
428 – 354 SM
• Pengetahuan adalah merupakan hasil interaksi antara pengamat dan yang diamati, di bawah bimbingan jiwa atau akal budi. Jiwalah yang menangkap hal-hal seperti identitas, perbedaan, eksistensi, dan bilangan
• Bila suatu fakta tidak sesuai dengan hipotesis, maka harus dibuat hipotesis baru, yang lebih besar, lebih baik dan lebih umum
• Jiwa dibagi tiga, yaitu budi (penjaga elit), keberanian (tentara), dan nafsu (massa)
• ARISTOTELES
384 -
• Logika silogisme
• Tahun 335 SM mendirikan sekolah di Athena, Lyceum
• Orang pertama yang mengklasifikasikan pengetahuan
• Substansi = materia + forma
• Menemukan 10 kategori
• Immanuel Kant
Aliran Filsafat Kritisisme
• Menggabungkan dua aliran utama filsafat dalam proses pengetahuan, yakni rasionalisme (akal budi) dan empirisme (pengalaman)
• Dia memperlihatkan bagaimana peranan pancaindera dan akal budi, dalam suatu analisis raksasa dari seluruh proses pengetahuan, dengan semua unsurnya yang main peranan
• Richard Tarnas
• “The Passion of the Western Mind” : Richard Tarnas, 1993.
• Kesalahan-kesalahan Ilmu Barat :
1. Postulat dasar ilmu Barat, ialah “space”, “matter”, “causality”, dan “observasion”, ternyata semuanya dibuktikan tidak benar (controverted).
2. Dianutnya pendapat Kant bahwa yang orang katakan jagat raya, bukan jagat raya yang sebenarnya, tapi jagat raya sebagaimana diciptakan oleh pikiran manusia.
3. Deterministik Newton kehilangan dasar, maka orang mulai dengan “stochastic”.
4. Partikel-partikel subatomik terbuka untuk interpretasi spiritual.
5. Prinsip “uncertainity” sebagaimana ditemukan oleh Heisenberg, dan
6. Kerusakan ekologi (dan atmosfir) yang menyeluruh, yang disebutnya “planetary ecological crisis”.
• Karl Marx
Marxisme
• Sain mengatasi metafisika dan bahwa seluruh konserpsi filsafat sudah kuno
• Marx ingin membuang dan menyusun kembali filsafat dengan dasar sosial, sebab dasar sosial itu selalu berubah
• Philosopher statements
• Antara teologi dan pengetahuan terletak suatu daerah tak bertuan. Daerah ini diserang baik oleh teologi maupun ilmu pengetahuan. Daerah tak bertuan ini adalah filsafat (Bertrand Russell)
• Semua orang adalah filsuf, karena semua mempunyai salah satu sikap terhadap hidup dan kematian (Karl Popper)
Bagian I:
NALAR DAN KEBANGKITAN ISLAM
1. Reformasi Dalam Islam.
2. Kebangkitan Islam di Indonesia.
3. Kebangkitan Islam dalam Abad 21 dan seterusnya.
Bagian II
IMPLIKASI TAUHID PADA ”LIFE”
4. Menelaah Perjalanan Sejarah
5. Paradigma atau Wacana Islami Mengenai Sejarah Dunia
6. Nabi Muhammad SAW.
7. Tujuh Abad Benar.
8. Tujuh Abad Salah.
9. Membangkitkan Kembali Karsa Umat.
10. Teori Adab Karsa
11. Ekonomi Kemerataan.
12. Rangkuman Bagian II
Bagian III.
IMPLIKASI TAUHID PADA "THOUGHT”
13. Ilmu Barat sekuler :"Pra dan Pasca Tarnas"
14. Tarnas : " The Crisis of Modern Science”
15. Apa Ilmu itu ?
16. The Knower, Knowing, Knowledge.
17. Perkembangan Filsafat dan Sains
18. Perkembangah Filsafat dan Sains : Filsafat Modern
19. Rasio dan Rasa
20. Takdir dan lkhtiar.
21. Filsafat dan Sains Empirikal
22. Anatomi dari pada Sains
23. Berpikir Deduktif dan Induktif.
24. Hubungan antara Epistemologi, teori, Metodologi dan Teknik.
25. Kesamaan antara Ilmu Alamiah dan Ilmu Sosial
26. Alternatit terhadap Ilmu Barat : Menemukan Wacana Islami
THE QUEST FOR KNOWLEDGE
REFERENSI UTAMA
RODA BERPUTAR
DUNIA BERGULIR
Kognisi Baru Tentang Timbul Tenggelamnya Sivilisasi
Herman Soewardi
(Edisi 2004)
Abstrak
Intinya : Penyambungan antara Islam dan Barat dan menempatkan Islam sebagai fokus perjalanan sejarah dunia.
Sivilisasi tertinggi manusia : Industrialisasi (ada peran Islam)
Sejarah dunia : “barat sentris”, peran dunia Islam “terpinggirkan”
Eksplanasi : Sumbu bathin “Judeo-Christian”, dan
Sumbu lahir “Greco-Roman”
Abstrak
Islam merupakan Titik Defleksi dari statis ke dinamis
Makkah : Trading Centre; Iqra (telaah, study)
7 Abad Benar (Islamisasi) dan 7 Abad Salah (Westernisasi) (Kurun waktu : Abad 7 – 20)
“Islamisasi” beralih menjadi “Westernisasi” ?
Abad 9 : Islam kehilangan “Human Motivation”
Abad 16 : Barat memperoleh lecutan “Human Motivation”
PENDAHULUAN
Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah
Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam
Dia mengajarkan kepada manusia yang tidak diketahuinya
(QS. Al-‘Alaq : 1 – 5)
PENDAHULUAN
Sejarah : Titik dimulainya Fase Dinamik peradaban manusia; Namus Besar (Undang-undang), menuju kehidupan Modern, bulan Ramadhan tahun 610 M, di Makkah (Gua Hira), sebagai trading centre, dan Isi (IQRA= study)
Modernisasi : Islamisasi ( Abad 7 – 14)- Greco-Roman
Westernisasi (Abad 14 – 21)
Ismail Faruqi : Al-Tawhid : Its Implications For Thought and Life.
Implikasi Tauhid pada Life : Q.96 : 5 dan Thought : Q. 96 : 4
Rangkuman RBDB
Bab I : Kebangkitan Islam yang dilecut oleh peningkatan nalar (Gerakan Salafiah Wahabiah, abad 18)
Bab II : Implikasi Tauhid pada “Life” : ditemukannya “Garis Susu” sebagai landasan untuk konvergensi; Sejak abad 21 : Kaffah dan Kuat; Sistem Ekonomi Kemerataan
Bab III : Implikasi Tauhid pada “Thought” : Ijtihad, perlunya kita beralih dari premis empirikal ke premis transendental
1. REFORMASI DALAM ISLAM
Pencarian nalar Islami yang benar
Tinjauan tokoh-tokoh pemikir Islam :
Harun Nasution dan Azyumardi Azra (Perkembangan Modern dalam Islam, 1985) : memberikan introduksi pada nalar Islam yang diperlukan dalam menghadapi jaman modern
Fazlur Rahman (Gerakan Pembaharuan Dalam Islam di Tengah Tantangan Dewasa Ini, 1985) : memberikan introduksi pada sejarah kebangkitan Islam
Mohammad Arkoun (Nalar Islami dan Nalar Modern : Berbagai Tantangan dan Jalan Baru) : karya analisis ke-Islaman yang komprehensif, meski diakhiri dengan hal-hal yang mengecilkan hati.
Arkoun menyarankan agar ilmu Barat mutakhir dijadikan landasan pemikiran untuk melepaskan belenggu kungkungan dalam nalar Islam agar bisa beralih ke nalar kritis. Menurut HS, pada hakekatnya Arkoun hanya menyarankan agar pindah dari satu belenggu ke belenggu lainnya, orang akan tetap terbelenggu.
Ambivalensi Arkoun
Kekhawatiran menghadapi Abad 22
1. Kita dibuatnya sangat mengerti bahwa pemikiran Islam klasik bersifat jumud dan perlu ditanggalkan dari benak kita
2. Namun demikian, Cara pemikirannya yang sangat rasional akan membawa kita kepada mengadopsi nilai-nilai barat seutuhnya (free-sex, bunga bank, lesbian, homo-sex, pornografi, aborsi, eutanasia, dsb). Pemikiran rasional akan mengalahkan kita pada ketundukan pada Ayat-ayat Suci (puasa nonsense).
Dengan pemikiran Arkoun dikhawatirkan kekhasan Islam akan lenyap sama sekali. Islam akan sama saja dengan Barat, yang berpandangan bahwa segala sesuatu itu akan berubah, dan yang kekal adalah perubahan itu sendiri
Ketidaksadaran Arkoun :
- Ilmu Barat an sich merupakan kungkungan (“belief system” yang tidak ada bedanya dengan agama)
- Tidak bisa membedakan antara vektor (pembawa) dengan penyakit yang dibawa oleh vektor tsb (memandang rendah transendentalisme, padahal diperlukan dalam nalar Islam).
2. Kebangkitan Islam di Indonesia
Dampak Islami yg salah : “fatalistic attitude”
Lama perkembangan Islam di Indonesia sama dengan lamanya perkembangan Islam di Saudi Arabia.
Muslim Indonesia beda dengan muslim Arabia karena beda kulturnya.
Apa akibat masuknya Islam ke Indonesia?
Rangkuman Sub Bab 2
Islam di Indonesia (HOS Tjokroaminoto) menunjukkan sifat universalnya
Penggerak kesadaran rakyat yg membangkitkan rasa nasionalisme
Pelopor pembaharuan
Kekuatan pembangunan masyarakat Indonesia (Ohio State Univ. Prof Howard Federspiel, 1963)
ICMI mampu mempersatukan modernis, konservatif dan fundamentalis shg muncul gerakan baru dalam perjuangan Islam Indonesia, dari ideologis-politis ke intelektual-kultural.
Kesamaan Islam di Indonesia dengan di negara lainnya yaitu “fatalistic attitude” khususnya bidang ekonomi (sejak pertengahan abad 17) . Ali Yafie : pembangunan sosial di Indonesia memerlukan lecutan kemandirian, muslim perlu digembleng dalam daya upayanya
3. Kebangkitan Islam Dalam Abad 21 Dan Seterusnya
Dampak nalar Islami yang salah ialah “fatalistic attitude” atau “kelemah-karsaan” di kalangan umat Islam, termasuk di Indonesia.
Landasan kebangkitan Islam yang perlu ditegakan dalam menghadapi abad 21 dst adalah melalui nalar Islami yang benar.
Bila ingin dicapai kemajuan2 yang positif kebangkitan Islam dari Abad 21 dst harus beda dari upaya yang sudah selama 14 abad ini.
Menurut Arkoun dan Mulkhan : demi kemajuan umat Islam di jaman modern ini, nalar Barat modern (logika Aristoteles) harus dapat dilaksanakan sepenuhnya dan perintang2nya harus disingkirkan.
Mulkhan : nalar Islami menderita 3 penyakit : kekeliruan semantik, ideologi ilmiah, dan reduksi wahyu.
Arkoun : secara historis dalam pemikiran Islam sudah terjadi pembekuan nalar
Solusi Mulkhan
Mensintesiskan kebenaran wahyu sebagai premis major dan kebenaran ilmiah sebagai premis minor di dalam silogisme yang akan dipakai untuk menyempurnakan nalar Islami.
Menurut HS landasan nalar Islami yang benar adalah Q. Al-Alaq : 1 – 5 : hubungan (Maha) Guru dan murid (1); Tuhan adalah Pengajar atau mahaguru;
Nalar Islami versi HS
Berlandaskan kesadaran bahwa Tuhan ADA (eksits), maka nalar Islami terdiri dari dua dikhotomi, yaitu :
- Landasan nalar Barat hanya mengenal satu poros, ialah poros Nomotetikal atau sebab akibat semata. Menurut Max Weber ilmu Barat bersifat “etis netral”, tidak mengenal “baik-buruk”, tidak mengenal hal-hal yang normatif.
- Maka dengan dua dikhotomi tsb, diperoleh 4 kotak :
- Kotak A bersifat Baik-Internal, disebut Fitrah
- Kotak B bersifat Buruk-Internal, disebut Nafsu
- Kotak C bersifat Baik-Eksternal, disebut Wahyu
- Kotak D bersifat Buruk-Eksternal, disebut Seitan.
Dengan demikian kita mengenal eksistensi pokok manusia, ialah Fitrah-Wahyu, fitrah yang dibimbing wahyu melawan nafsu Seitan. Menurut Fazlur Rahman (1981) “Perjuangan moral sepanjang jaman”\
Landasan Nalar Islami versi HS
Banyak kendala, sulit dicapai
Talcott Parsons (Kebutuhan Berprestasi)
5 Variabel Pola
RANGKUMAN
Abstrak dan Pendahuluan
RODA BERPUTAR
DUNIA BERGULIR
Kognisi Baru Tentang Timbul Tenggelamnya Sivilisasi
Herman Soewardi
(Edisi 2004)
ABSTRAK :
Intinya : Penyambungan antara Islam dan Barat dan menempatkan Islam sebagai fokus perjalanan sejarah dunia (sebagai respons atas ilham dari Q. 96 : 1 – 5)
Sivilisasi tertinggi manusia : Industrialisasi (ada peran Islam)
Sejarah dunia : “barat sentris”, peran dunia Islam “terpinggirkan”
Eksplanasi Industrialisasi : Sumbu bathin “Judeo-Christian”, dan
Sumbu lahir “Greco-Roman”
Islam merupakan Titik Defleksi dari statis ke dinamis (14 Abad)
Makkah : Trading Centre; Iqra (telaah, study)
7 Abad Benar (Islamisasi) dan 7 Abad Salah (Westernisasi) (Kurun waktu era dinamik : 14 Abad (Abad 7 – 20 M)
“Islamisasi” beralih menjadi “Westernisasi” ?
Proses internal dalam Islam dan Barat :
Abad 9 : Islam kehilangan “Human Motivation”
Abad 16 : Barat memperoleh lecutan “Human Motivation”
Implikasi telaahan HS : Sejak abad 21, setelah kaum muslim selesai belajar dan sadar, kini siap sbg Khalifatullah Fil Ardie, kaum muslim perlu menegakan KARSA, Garis Susu, Sistem Ekonomi Kemerataan, Sains dipandu Illahi atau Sains Tauhidullah, kognisi baru tentang Islam, pandangan yang “melawan arus”
PENDAHULUAN
Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah
Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam
Dia mengajarkan kepada manusia yang tidak diketahuinya
(QS. Al-‘Alaq : 1 – 5)
Sejarah : Titik dimulainya fase dinamik peradaban manusia, Namus Besar (Undang-undang), menuju Kehidupan Modern, bulan Ramadhan tahun 610 M, di Makkah (Gua Hira), sebagai trading centre, dan Isi (IQRA= study)
Modernisasi : Islamisasi ( Abad 7 – 14)- Greco-Roman
Westernisasi (Abad 14 – 21)
Ismail Faruqi : Al-Tawhid : Its Implications For Thought and Life.
Implikasi Tauhid pada Life : Q.96 : 5 dan Thought : Q. 96 : 4
RANGKUMAN IMPLIKASI TAUHID PADA “LIFE”
1. Implikasi Tauhid pada “Life” ditandai dengan kelengkapan atau kekaffahan Muslim dalam segala aspek kehidupannya, yang disebut “Garis Susu”, artinya merupakan ibadah kepada Allah SWT, semua aspek kehidupannya dilandaskan pada kehendakNYA.
Ibadah kepada Allah (Q.52 : 56) menghasilkan 4 tempat berpijak, yaitu : a. Aqidah (belief system), b. Syari’ah (Worship system), c. Akhlaq (personality system), dan d. Mua’malah (social-economic system).
2. Makna turunnya Islam ? karena manusia telah mencapai tingkat evolusi yang tinggi, ialah tingkatan hidup dinamis, cepat berubah dan bersifat keaneka-ragaman. Masyarakat dagang (trading society) yang akan menjadi masyarakat industri (puncak sivilisasi manusia). Namun sayang peran Muslim meleset, sehingga sivilisasi tertinggi dicapai oleh masyarakat Barat di abad 19.
3. Muslim yang memulai proses modernisasi, yang melecut dunia dalam kehidupan yang dinamis. “Garis Susu” (7 abad) berganti jadi “Garis Alkohol” (7 abad). Islam dan Barat adalah paralel, tapi bertolak belakang. Ini komparasi dari Allah SWT agar Muslim sadar (Q.96 : 5), shg di abad 21 Muslim yang telah belajar dan sadar, siap memikul kembali tonggak sebagai Khalifatullah fil ardie.
4. Dari perspektif “status-role”, status adalah pasif dan role adalah aktif, maka Muslim berstatus “abidullah” (mengenal betul “The words of Allah”) dan perannya sebagai Khalifatullah fil ardie (mengenal betul “The Deeds of Allah”). Gemblengan sebagai abidullah terdiri dari : Aqidah, Syari’ah dan Akhlaq, sedangkan sebagai Khalifatullah fil ardie adalah Mua’malah.
5. Dunia perlu pengelola, yaitu manusia, sebagaimana ditugaskan oleh Allah SWT. Menurut Islam, Dunia dan Akhirat sama pentingnya, dunia adalah tempat manusia bertugas, akherat tempat manusia memperoleh hasil kinerjanya di dunia.
6. Tugas manusia sebagai pengelola dunia (Khalifatullah fil ardie) : Q. Hud : 61 ; memakmurkan dunia; Q. Ar-Rum ; 41 : menjaga kelestarian alam; Q. Al-Mulk : 15 : menjelajahi penjuru-penjuru dunia. Barat, untuk yang pertama berhasil, sedangkan yang kedua dan ketiga berantakan (krisis ekologi global, kecelakaan di darat, laut dan udara).
7. Kenapa dunia harus dikelola ? Berdasarkan analisis ilmiah ada 2 masalah yang perlu ditangani saat ini, yaitu masalah “carbon-cycle” dan masalaah pencemaran.
8. Masalah “Carbon-cycle”
Keseimbangan dunia ditunjukkan oleh siklus karbon, yaitu berpindahnya unsur karbon dari tanaman ke hewan (termasuk manusia) dan dengan ini tanaman menghasilkan Zat Asam (Oksigen) yang diperlukan bagi pernafasan hewan. Kunci dari keseimbaanagn ini terletak pada tanaman (hutan) : CO2 tidak boleh melebihi kebutuhan tanaman, dan produksi O2 tidak bolehmkekurangan untuk pernafasan hewan. Namun kini keseimbangan telah terganggu : manusia sangat membutuhkan kayu untuk kayu bakar, rumah, kertas, dan perkakas rumah tangga. Kemajuan tingkat hidup manusia berakibat rusaknya hutan di seluruh dunia, sejalan dengan ledakan populasi manusia. The Club of Rome : 80% SDA dikonsumsi oleh 20% penduduk negara-negara maju, dan sebaliknya 20% SDA dikonsumsi oelh 80% penduduk negara-negara berkembang. Maka pengrusakan SDA akan menghebat di negara-negara berkembang. Manusia di seluruh dunia akan kekurangan O2 dan hidup pun akan lebih merana. Ini terjadi karena manusia tidak mengelola dunia sesuai dengan perintah, larangan dan petunjukNYA.
9. Masalah Pencemaran Lingkungan
Baik di tropis maupun sub tropis sama gawatnya, bahkan semakin menggawat. Ini merupakan masalah kerusakan global dari ekologi (dan atmosfir). Landasan analisis ilmiahnya adalah hukum keseimbangan materi dari Lavoisier, ialah : zat A plus Zat B menghasilkan Zat C dan Zat D. Jadi bila memerlukan suatu produk, akan dihasilkan “limbah”. Limbah ini semakin terakumulasi, maka pembuangan limbah (waste disposal) telah menjadi ilmu tersendiri. Saran environmentalist produksi di “slow-down”, tapi laju kemakmuran negara-negara berkembang melambat demi lingkungan. “Profit maximization principle”
Sains Tauhidullah
Herman Soewardi
(2005)
PENDAHULUAN
Saya melihat, berbeda dengan pakar-pakar lain, bahwa signifikansi Islami Sains adalah dari sudut kegagalan SBS (Sains Barat Sekuler) yang tampak pada penghujung abad 20, karena segala postulatnya dinyatakan tak benar terutama oleh Richard Tarnas. Empat postulat dasarnya salah :
(1) bukan "space", tapi "space-time"
(2) "matter" ternyata tidak solid, tapi bolong
(3) kausalitas tidak simplisistik
(4) tidak deterministik, tapi probabilistik
SBS tidak "value free", tapi "value laden". Dalam hal ini adalah premis-premisnya. Persepsi manusia yang cacat, karena di depan mata ada "lensa" yang mengaburkan/membiaskan pandangan.
Karena ini semua, SBS kini menuju ke kerusakan global, menimbulkan 3-R (Resah, Rengut, Rusak). Kerusakan itu makin lama makin menggawat, seperti ditunjukkan oleh Kurva Adam, yang sangat bersifat eksponensial. Maka saya menyusun makalah ini, suatu alternatif terhadap SBS yang kini mendunia, sebagaimana yang telah saya cetuskan dalam buku saya "Roda Berputar Dunia Bergulir", tahun 1999 (halaman : 344).
II. Upaya Islamisasi Sains yang sudah
1. Faruqi
Yang dilakukan Faruqi adalah membuat textbook yang Islami, bukan sainsnya itu sendiri.
2. Louay Safi
Yang dilakukan oleh Louay Safi adalah integrasi metodologi SBS dan Sains Islami tradisional. Keduanya memiliki kekurangan, dan dengan integrasi ini keduanya saling menutupi.
III. Islamisasi Sains versi Herman Soewardi
3.1. Dasar-dasar Islamisasi Sains
SBS kini telah kandas, dan sangat membahayakan dunia bila dilanjutkan terus. Karena itu mutlak perlu untuk meninggalkannya, dan kita perlu masuk ke Islam. Herman Soewardi melandaskan diri pada Faruqi's "Al-Tawhid: Its Implications for Life and Thought". Maka sains harus dipandu oleh Tuhan sendiri. Dan kegagalan SBS itu tak lain karena tak ada panduan dari Tuhan yang menciptakan sains itu. Maka disusunlah Islamisasi Sains versi Herman Soewardi dengan dasar-dasar :
NaqIiah memandu AqIiah. Dengan wujud konkrit berupa alih premis, dari premis empirikal (value Barat yang salah), ke premis transcendental (value Tuhan yang benar), di segala bidang ilmu (Psikologi, Sosial, Ekonomi, Sains Empirikal Kealaman, dan Sains Formal). Ini disebut pula secara Bayani, atau Tekstual.
Naqliah memandu Indrawi. Dengan wujud konkrit berupa penyempurnaan proses pengindraan, menjadi intuitif/irfani, karena disinilah letaknya bimbingan Tuhan. Maka ini disebut secara Irfani atau llhami.
3.2. Elaborasi
A. NAQLIAH memandu AQLIAH
(1) NAQLI adalah standar kebenaran. Naqli adalah firman Allah, Sang Pencipta yang menciptakan seluruh jagat raya (makrokosmos), beserta isinya (termasuk manusia atau mikrokosmos). Dialah yang mengetahui tentang ini semua. Kita, manusia, tidak mengetahui apapun, dan kita hanya mengetahui bila kita diberitahu oleh-Nya. Q. 96 : 5 : Yang mengajarkan kepada manusia tentang segala yang tidak diketahuinya. Tak ada orang yang bisa mengetahui, kecuali bila diberitahu oleh-Nya. Maka, firman-firman Allah adalah standar kebenaran, dan di luar itu, tak ada yang benar.
Bila seorang manusia mengatakan "aku tahu", tapi yang bukan berasal daripadaNya, maka yang diketahuinya itu bukan yang benar, dan pasti akan membawa kecelakaan bila yang tidak benar itu dijadikan pegangan dalam upaya-upaya untuk merubah jagat raya. Kita menyadari hal ini, antara lain setelah Richard Tarnas membuka masalah ini dalam bukunya yang terbit pada tahun 1993.
Maka, setelah kita menyadarinya, bahwa bila yang tidak benar itu (ialah premis-premis empirikal), dijadikan sebagai patokan akan bermuara pada kehancuran, sudahlah kini merupakan keharusan bahwa kita harus "pindah alur", dari premis-premis empirikal, ke premis-premis yang menjamin kebenaran, ialah premis-premis transendental yang tak lain adalah firman-firman Allah atau Naqli tersebut. Artinya kita pindah dari postulat Euclidean ke postulat non-Euclidean. Mengapa ?
Karena kini temyata bahwa sains itu tidak value-free, akan tetapi sebaliknya, ialah value-laden. Premis-premis empirikal itulah yang merupakan values orang-orang Barat, yang hampir seluruhnya bertentangan dengan values Al-Qur'an. Maka dari itu, implikasi-implikasi atau deduksi dari values Barat inilah yang bermuara pada kehancuran.
Kini kita bertanya, bagaimana kita sampai pada premis-premis transendental ? Disinilah kita merealisasikan fungsi-fungsi Al-Qur'an sebagai "Hudan" (petunjuk), dan "Nur Mubin" (cahaya pembimbing). Dengan demikian kita menggunakan Al-Qur'an sebagai BAYANI, atau Tekstual, dengan cara yang disebut DEDUKTIF (menelusuri implikasi-implikasi dari premis-premis transendental itu), sampai kepada pengetahuan yang kita perlukan. Karena itu pokok persoalannya adalah mengetahui meaning dari ayat-ayat al-Qur'an itu.
Adapun premis-premis transendental itu terdiri dari beberapa ayat, dengan mana kita membuat konstrak yang bersifat kausal, sehingga premis-premis transendental itu, secara bersama merupakan tafsir Konstraktual. Kita membuat tafsir-tafsir Konstraktual untuk setiap disiplin ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial.
(6) Beberapa contoh dapat dikemukakan disini :
ILMU PSIKOLOGI : ("Diri")
Di bawah tempaan Ibadah Mahdah (sebagai prerequisite), kita berupaya membentuk suatu personality yang bersifat Akhlaqul Karimah, yang terdiri dari komponen-komponen :
Lurus : amar ma'ruf nahi munkar
Kuat: Q. 55: 33 dan Q. 18: 29
Tinggi : Hadits Nabi : Bila suatu pekerjaan diserahkan kepada bukan ahlinya tunggu saja kehancurannya. Hadits ini menunjukkan bahwa setiap Muslim harus memiliki keprofesionalan yang tinggi.
Dengan personality yang Karimah itu, kita memasuki Ibadah Ghairu Mahdah (sebagai pelaksana) dalam bidang Mua'malah (system Kehidupan), dan melakukan IKHTIAR, sebagai pelaksanaan perintah Allah kepada Khalifatullah fil ardi untuk mengembangkan dunia :
Q. Hud : 61, memakmurkan dunia
Q. An-Nahl dan Q. 2 : 276 : distribusi yang merata, atau membangun sistem kehidupan yang merata (G.R. 0,1- 0,3)
Q. Al-Qoshos: 77 dan Q.Ar-Rum : 41, atau menjaga kelestarian alam
Q. Al-Mulk : 15, atau menjaga agar dunia tetap terkontrol.
Inilah yang kita sebut Kemajuan, atau PROGRESS.
Bila kedua ilmu itu kita gambarkan, maka akan terdapatlah gambar sebagai berikut :
Gambar 1. Tafsir Konstraktual untuk lImu Psikologi ("Kepribadian") dan IImu-ilmu Sosial ("Sistem Kehidupan")
Selanjutnya, tentang ilmu-ilmu sosial ini dapat kita susun "The Grand Theory of the Islamic Social Sciences", ialah teori Kognisi-Karsa-Nalar, untuk memberikan eksplanasi tidak atau dijalankannya IKHTIAR oleh kaum Muslim. Kognisi adalah Pandangan Hidup, yang bisa bersifat Askese dunia ini atau Askese dunia lain. Yang disebut pertama bertalian dengan Karsa Kuat, dan yang disebut kedua bertalian dengan Karsa Lemah. Bila Karsa Kuat telah terjelmakan, maka Nalar pun, dengan menggunakan Logika, bisa menghasilkan banyak hal untuk mengembangkan dunia (sebagai tugas Khalifatullah fil ardi).
ILMU EKONOMI : atau sistem Kehidupan, ialah Mua'malah yang mana yang ditunjukkan oleh Tuhan untuk diwujudkan, yang tak lain adalah sistem Kehidupan yang hanif, yang sangat bertolak belakang dengan sistem Kapitalisme yang "rakus", yang merenggut dunia berkembang.
Kita membuat tafsir Konstraktual dari dua ayat, ialah Q. An Nahl: 71 dan Q. 2: 276.
Q. An-Nahl : 71 : dan Allah melebihkan kamu dari sebahagian yang lain dalam hal rezeki ... agar mereka sama merasakan rezeki itu. Maka mengapa mereka mengingkari ni'mat Allah?
Q. 2 : 276 : Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.
Ayat yang pertama dapat kita tafsirkan bahwa rezeki orang itu tak sama. Jadi bukan sama rata sama rasa seperti komunis, namun tentunya tak banyak bedanya. Ini adalah ekonomi kemerataan, yang disebut "ketimpangan ringan", dengan G.R. : 0,1- 0,3. Selanjutnya ayat yang kedua adalah mekanisme yang harus ditempuh agar G.R. 0,1- 0,3 itu bisa dicapai, ialah dengan menghapuskan riba (interest on capital) dan menyuburkan sedekah. Sedekah adalah transfer of income and wealth dari the haves kepada the-have-nots, namun bila riba atau interest on capital tidak dilarang, maka akan terjadi penyedotan kembali dari the have-nots kepada the haves, sehingga ekonomi kemerataan atau G.R. 0,1- 0,3 itu tak akan tercapai. Dengan demikian larangan riba ditetapkan oleh Tuhan sehubungan dengan perintah untuk mewujudkan ekonomi kemerataan, G.R. 0,1-0,3.
ILMU KEALAMAN
Disini saya ingin memberikan sebuah contoh tentang bagaimana saya sampai pada adanya energi di alam raya, yang terdapat di antara bumi dan langit.
(a) Bucaille mengemukakan Q. Thaahaa : 6 : Kepunyaan-Nya lah semua yang ada di langit, semua yang ada di bumi, semua yang diantara keduanya dan semua yang ada di bawah tanah.
(b) Q.AI-Fushilat (41) : 11. .. Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap ...
(c) Q. AI-Anbiya: 30 ... langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya ...
= the big bang theory = the Expanding universe (A. Baikuni).
Ketiga ayat di atas dapat kita jadikan sebuah konstrak, dengan jalinan hubungan yang dapat kita susun sebagai berikut :
Langit dan bumi dahulu kala merupakan asap, yang kemudian mengkristal. Kristal itu adalah bumi (materi) dan sisanya yang tak mengkristal, tetap merupakan asap (energi). Waktu kejadiannya materi-materi itu merupakan suatu hal yang padu. Namun tentu saja setiap gumpal materi itu diselubungi asap sisa itu, yang serupa energi. Inilah yang memberikan kekenyalan, dan inilah yang memberikan tenaga letup ("big bang") sehingga materi-materi itu bercerai-berai ke segala jurusan. Inilah "the expanding universe", gumpalan-gumpalan materi (= benda-benda langit, antara lain bumi atau planit), yang saling menjauh terus. Terdapatlah gambaran sebagai berikut :
Maka kita memperoleh energi, di antara langit (vakum) dan bumi (materi).
Ini adalah petunjuk (Hudan) dari Tuhan yang Maha Mengetahui, bahwa di antara langit dan bumi ada energi, yang sangat kita perlukan untuk pengembangan dunia lebih lanjut, setelah BBM (dan tenaga nuklir) habis. Kini tinggal kita mendeteksinya, menyadapnya, dan menggunakannya.
Adapun tafsir-tafsir konstraktual yang lainnya, kita bisa konstruksikan dalam bidang-bidang ilmu kealaman yang lain, baik segi epistemologinya maupun segi aksiologinya.
(1) SBS didirikan di atas landasan yang disebut Empirisisme, ialah suatu pandangan bahwa orang hanya bisa mengetahui melalui pengalaman. Dalam hal ini SBS melupakan (atau tidak menganggap penting) satu hal fundamental bahwa pengalaman itu, masuknya ke benak (yang bersifat FORM yang simbolik), melalui pengindraan. Dunia luar (yang berupa CONTENT) masuk ke benak, melalui alat-alat indra. Di satu sisi, dunia luar itu dipersepsi (bersifat pasif), lalu dialirkan ke dalam benak, dan di dalam benak persepsi yang pasif itu dikonstruksikan kembali (secara aktif), maka timbullah Konsepsi, dalam hal ini adalah Konsepsi tentang dunia luar itu. Dengan proses ini orang menjadi tahu tentang dunia luar.
(2) Dulu-dulu hal ini tak pernah dipersoalkan, karena SBS menganut paham Aristoteles, yang disebut Eidos, ialah bahwa yang tampak kepada kita itu benar (alat-alat indra kita berfungsi baik). Namun akhir-akhir ini ternyata, paham Aristoteles yang "tegar" itu mulai diragukan kebenarannya, dan para pakar kembali mempertanyakan : apakah yang tampak kepada kita itu benar ? Ada pun yang berpandangan bahwa yang tampak kepada kita itu tak benar adalah serentetan pakar-pakar sejak Plato (gurunya Aristoteles), ke Al-Ghazali, ke Kant, dan di jaman modern ini ketidak benaran itu merupakan kajian utama, ialah mula-mula oleh Kuhn, dan terakhir oleh Tarnas. Maka terbukalah "kedok" SBS, bahwa SBS itu ternyata bertengger di atas suatu pandangan yang keliru, yang akhirnya membawa SBS ke 3-R (resah, renggut, rusak), yang kian lama kian menggawat. Maka dunia kita terancam kepunahan.
(3) Ternyata alat-alat indra kita, dengan mana kita mempersepsi dunia luar yang berupa CONTENT atau kenyataan itu, adalah lemah sekali, atau dirundung banyak cacat. Cacat penglihatan ini antara lain ditunjukkan oleh Kohler, dengan masalah "duck-rabbit"nya. Kepada orang-orang ditunjukkan sebuah gambar, yang atasnya menyerupai "duck", tapi bawahnya menyerupai "rabbit". Temyata ada orang-orang yang melihatnya sebagai "duck", dan ada pula yang melihatnya sebagai "rabbit". Maka pandangan orang sangat dipengaruhi oleh keadaan juga, yang menurut Tarnas belakangan InI, keadaan itu adalah tata nilai, pengalaman, trauma, dan harapan-harapan. Karena itu Tarnas mengatakan bahwa di depan mata kita ada sebuah "lensa" yang mengaburkan dan menyesatkan pandangan. Maka demikian pula SBS, semua persepsinya tentang dunia luar adalah kabur dan sesat, disebut Phenomena.
Marilah kita ilustrasikan tentang cacat pandang ini beserta segala konsekuensinya :
Kant : ia mengajukan dua konsep, ialah Phenomena dan Noumena. Phenomena adalah benda-benda atau hal-hal yang dipersepsi oleh alat indra kita, yang tak benar atau menipu. Sedangkan Noumena adalah benda-benda atau hal-hal itu yang sebenamya (the thing in itself). Kemampuan manusia hanyalah sampai Phenomena, karena itu sains yang sejauh ini dikembangkan berdasarkan pada Phenomena (yang menipu) itu. Karena itu yang ada di dalam benak manusia adalah "jagat raya yang bukan sebenarnya".
Kuhn : para pakar menyusun teorinya berdasarkan pada paradigma, dimana paradigma ini merupakan pijakan pakar itu yang disusun berdasarkan penglihatan. Penglihatan itu berbeda dari satu ke lain pakar (seperti antara Priestly dan Lavoisir) karena itu menghasilkan teori yang berbeda (bahkan bertentangan) pula. Karena kemajuan SBS itu tidak kumulatif, akan tetapl revolusioner. Menurut Kuhn kemajuan dalam SBS yang revolusioner itu :
Paradigma~ anomali~ krisis~ paradigma baru.
Tarnas: akhimya, pijakan/pandangan yang salah itu, sehubungan dengan banyak antitetikal, dari krisis (Kuhn) menjadi "krisis global", sebagai benih-benih kehancuran planet kita.
(5) Maka empat postulat dasar SBS, karena cacat pengindraan ini, dinyatakan salah:
"Space" harus diganti dengan "Space-Time"
"Matter" ternyata tidak solid, tetapi bolong
Kausalitas disangka terlalu simplisistik, dan
Dunia kita ini berdiri di atas prinsip "uncertainty" (Heisenberg)
(6) Yang paling mengejutkan, seperti dikemukakan oleh Tarnas, adalah bahwa cacat pengindraan ini membawa pula hal-hal ikutan yang bersifat antitetikal, ialah tidak seperti diharapkan bahkan bertentangan dengan harapan. Inilah benih-benih kerusakan global, yang makin lama makin menggawat, yang berupa kerusakan fisik (ekologi) maupun kerusakan masyarakat. Kerusakan fisik seperti bolong-bolongnya lapisan ozon yang meningkatkan kepanasan bumi, sedangkan kerusakan masyarakat yang kini bermuara pada hilangnya "order" (Huntington, 1996). Kerusakan-kerusakan itu ditunjukkan oleh kurva Adam, yang makin lama makin menggawat. Maka tentang pengindraan ini dapat kita simpulkan, kesimpulan yang tak bisa dibantah, ialah dalam keadaan FORM dan CONTENT yang tidak identik, akan terjadi hal-hal yang bersifat antitetikal, terutama sebagai akibat-akibat sequential, sebagai benih-benih kerusakan di planet kita ini, yang makin lama menjadi semakin menggawat.
(7) Jelas bahwa SBS kini hampir karam, dan tampaknya pakar-pakar Barat belum menemukan cara untuk memecahkan masalah-masalah 3-R itu:
Kerusakan ekologi yang mendunia; Pemanasan bumi yang tak henti-hentinya beserta dampak-dampak yang ditimbulkannya; Kerusakan masyarakat sampai hilangnya "order"; Eksplosi penduduk yang lebih cepat dari teknologi pangan untuk menghidupinya; Hilangnya kreatifitas anak -anak sehubungan dengan gencarnya tayangan TV; Lebih memuncaknya kecelakaan lalu-lintas, baik di darat, laut, maupun udara; dan sebagainya.
(8) Karena itu, solusi yang hanya bisa ditempuh, menurut hemat saya, adalah upaya untuk menyempurnakan proses pengindraan, untuk membetulkan persepsi manusia terhadap semua benda-benda di jagat raya ini, yang bertebaran di sekeliling manusia. Selanjutnya, bagaimana caranya ? Saya melihat bahwa penyempurnaan proses pengindraan itu hanya bila kita kembali kepada bimbinganNya. Ini adalah mutlak perlu untuk ditempuh.
Baiklah hal ini kita perinci :
(9) Setelah diperoleh kenyataan-kenyataan yang tak dapat dibantah, bahwa SBS, yang salah pada postulat dasarnya dan cacat pula persepsinya tentang dunia luar, maka wujudkanlah keniscayaan bahwa kita, dalam upaya mengembangkan sains, harus kembali kepada bimbinganNya, sehingga dengan demikian akan terwujudlah suatu sains dengan bimbingan Tuhan sendiri, yang dapat dinamakan Sains Tauhidullah, sebagai implikasi tauhid kita kepadaNya di bidang Nalar atau "Thought". Maka upaya kita tak lain adalah :
Postulat-postulat dasar harus bersifat Transendental, dengan landasan utama IMAN dan TAQWA kepadaNya. Dengan demikian, Dialah pemegang Kebenaran (sebagaimana diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad s.a.w.), dan di luar itu tak ada kebenaran. Inilah STANDAR KEBENARAN, yang bersifat langgeng dan kekal, yang berlaku di semua "Space and Time". Tuhan adalah AI-Alim AI-Hakim.
Kita mengetahui dunia luar melalui pengindraan, yang dasarnya adalah Q.3: 190, 191, dimana:
Ayat 190 : merupakan perintah Tuhan kepada Manusia untuk melakukan observasi terhadap jagat raya (dunia luar)
Ayat 191 : perintah ini harus dilakukan dengan senantiasa mengingat Tuhan, sambil berdiri, berbaring atau duduk.
Maka inilah cara induktif, yaitu mengumpulkan kenyataan-kenyataan dan merangkumnya sehingga menjadikan premis-premis darimana kita mulai berpikir.
Premis-premis itu sudah pasti benarnya, karena dengan bimbinganNya kita, dari Phenomena akan menembus ke Noumena, atau "the thing in itself'. Periksalah Gambar 3 di sebelah, bandingan antara Phenomena (SBS) dan Noumena (S.T.). Inilah inti Islamisasi Sains versi Herman Soewardi.
Dengan demikian yang akan kita peroleh adalah jagat raya yang sebenarnya, sehingga implikasi-implikasi daripadanya akan menghasilkan Koridor yang baik, yang menjadikan kita bisa mencapai Hasanah di dunia maupun di Akherat.
(10) Dengan langkah-Iangkah ini kita akan "Pindah Alur" dari SBS yang bermuara pada 3- R ke S. T. yang bermuara pada Hasanah di dunia maupun di Akherat. Ada pun cara Pindah Alur itu adalah mengobservasi secara Irfani atau Intuitif, dengan menggunakan cara-cara sufistik.
4.1. Bila kita komparasikan ketiga cara Islamisasi Sains itu, maka terdapatlah gambaran sebagai berikut :
(1). Islamisasi Sains cara Faruqi: berupaya menyusun textbook di bidang Sains yang Islami, dengan tanpa menyinggung masalah-masalah yang bersifat epistemologis.
(2) Islamisasi Sains cara Louay Safi : menggabungkan (integrasi) cara Islam tradisional dan cara Barat modern, sehingga kini kekurangan-kekurangan yang terdapat pada keduanya menjadi saling menutupi. Adapun dasar epistemologi Sainsnya dikupas dan sangat mendalam.
(3) Islamisasi Sains versi Herman Soewardi : dengan dasar "AITawhid: Its Implications for Life and Thought" (Faruqi), ia berangkat dari kenyataan bahwa SBS, yang salah pada postulat-postulatnya itu, yang menjurus ke 3-R yang semakin lama menjadi semakin gawat, dirasakan sebagai mutlak perlu untuk dibangun sains alternatifnya, ialah Sains Tauhidullah yang Islami, dengan cara-cara membentuk tafsir Konstraktual (BAYANI) dan observasi yang dipandu oleh Tuhan sendiri (IRFANI).
4.2. Selanjutnya, dapatkah Islamisasi Sains versi Herman Soewardi ini ditempuh ? Tentu yang diajukan ini baru secara global, maka perlu dikaji dan disempurnakan dalam serentetan seminar-seminar, untuk mana program seminar ini perlu disusun.
4.3. Terakhir, cara Islami Sains manapun yang akan ditempuh, tentunya dalam waktu yang panjang baru akan memberikan hasil. Sementara hasil itu belum dicapai, harus bagaimanakah sikap terhadap SBS ? Dalam hal ini perlu disusun suatu kebijaksanaan, untuk mengintegrasikan Sains Barat Sekuler (Ulumuddunia) dengan sains keagamaan (Ulumuddin), sebagai "pegangan sementara". Kita ingat kepada peribahasa Sunda: Moro julang ngaleupaskeun peusing. Lamun julangna can katewak, peusing ulah waka dileupaskeun ".
Semoga Tuhan memberkati kita semua Wabillahi Taufiq wal Hidayah, Wassalamu 'alaikum Wr.Wb
Bandung, 5 Nopember 2005
H.S.
Daftar Pustaka
Baiquni, Achmad, 1994, "AI-Qur'an, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi ", Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta.
Bucaille, Maurice, 1979, "Bibel, Qur'an, dan Sains Modern", Bulan-Bintang, Jakarta.
Faruqi, Ismail Razi, 1995, "AI-Tawhid : Its Implications for Thought and Life". International Islamic Publishing House, Herndon, Virginia, USA.
Kant, Immanuel, dalam Don Martindale, 1960, "The Nature and Types of Sociological Theory ", Houston Mifflin Company, Boston, USA.
Kuhn, Thomas S., 1970 "The Structure of Scientific Revolution ", University of Chicago Press, Chicago, USA.
Safi, Louay, 1996 "The Foundation of Knowledge ", International Islamic University, Malaysia.
Soewardi, Herman, 1999, "Roda Berputar, Dunia Bergulir", Bakti Mandiri, Bandung.
Soewardi, Herman, 2000, "Mempersiapkan Kelahiran Sains Tauhidullah ", Bakti Mandiri, Bandung.
Soewardi, Herman, 2001, "Kognisi - Karsa Nalar. Dasar-dasar untuk Kebangkitan Islam dalam Milenium 3 ", Bakti Mandiri, Bandung.
Tarnas, Richard, 1993, "The Passion of the Western Mind", Ballantine Books, New York, USA.